Senin, 29 November 2010

Migration And Remittances - Factbook 2011

Migration%20And%20Remittances%20Factbook%202011


US$ 7,1 Billion or 60 T dari kiriman uang TKI – belum termasuk uang yang dikirim via jalur tidak resmi. Perhatian Negara????

Senin, 22 November 2010

POTENSI PROFIT DI BALIK PERUBAHAN CUACA


Perubahan iklim sebagai dampak pemanasan global memaksa semua orang, mulai para petani hingga para konglomerat beradaptasi kembali, mengubah sejumlah pola hidup dan kebiasaan yang sebelumnya terlihat stabil bin ajeg. Dua musim, hujan dan panas, dengan perbedaan yang jelas dan selama berabad-abad menjadi ciri negara katulistiwa kini berubah total. Salah satu buktinya, Jakarta diguyur hujan sepanjang tahun.


Risiko perubahan cuaca telah berbias dalam wujud perubahan pola tindakan, lifestyle, aktivitas perekonomian. Ketidakpastian cuaca di atas memaksa sejumlah pengendara sepeda motor beralih ke mobil pribadi untuk menghindari hujan sebelum dan setelah ke kantor. Dampak lanjutannya jelas, adanya peningkatan angka penjualan mobil – terutama mobil second- kemacetan semakin mengular karena jumlah kendaraan roda empat yang meningkat. Ada juga pengendara yang beralih menjadi penumpang busway. Dengan jumlah armada yang tetap terbatas, ditambah porsi armada untuk setiap jalur yang sulit diprediksi serta masalah klasik soal jadwal, peningkatan jumlah penumpang tersebut jelas berpengaruh besar. Antrean penumpang di sejumlah halte mengular; jadwal kedatangan bis semakin tak tentu karena adanya pengalihan ke jalur-jalur padat; hingga kenyamanan dalam bis yang benar-benar hilang.

Sisi lain yang terlihat jelas menjadi imbas sangat mudah dicerna jika kita cukup awas. Sejumlah anak sekolah sudah stand-by di pusat perbelanjaan dan perkantoran di sore hari dengan payung di tangan. Hasil pekerjaan sambilan ini adalah meningkatnya uang jajan anak-anak. Ke mana rezeki nomplok mereka akan disalurkan? Ada efek lanjutan dari fenomena ini tentunya. Tajamnya daya penciuman orang-orang Jakarta segera mengendus peluang untuk mengeruk keuntungan besar dari kebiasaan baru anak-anak. Buah ‘hujan sore-sore’ ini salah satu ujungnya berpengaruh pada semakin ramainya pengunjung warnet yang menyediakan fasilitas game online. Inilah tempat favorit bagi anak-anak untuk menghabiskan uang jajanannya. Tak heran bila di sekitar sejumlah pusat perbelanjaan menjamur warnet-warnet baru, baik yang fasilitasnya berkelas maupun, dan ini mayoritas, yang fasilitasnya ala warkop.

Yang juga mengeruk untung adalah produsen obat sakit kepala dan flu. Kehujanan adalah pemandangan sehari-hari. Seringnya kehujanan, terutama saat sore menjelang malam, membuat orang lebih mudah terserang flu. Apalagi saat pakaian lembab dan basah oleh guyuran air hujan, tubuh harus bermandi peluh dan kepenatan (bila di dalam angkutan umum) ataupun kedinginan selama beberapa jam dalam mobil pribadi karena lalu lintas yang macet. Jika ditambah efek psikologis yang dikombinasikan kondisi-kondisi nonideal tersebut maka lengkaplah rujukan untuk mencari obat sakit kepala. Dalam dua tiga hari, orang yang secara fisik kuat pun akan mudah drop. Tanda-tanda awal yang perlu diantisipasi sebelum berdampak pada jatuh sakit yang lebih parah memang obat sakit kepala dan flu, serta minuman untuk mempertahankan stamina.


Nah, jenis obat-obatan dan minuman seperti ini sedang menjadi primadona. Keuntungan jelas diperoleh produsen hingga para pedagang eceran yang memasarkannya. Mungkin, produsen akan berfikir untuk memanfaatkan momentum ini dengan membuat iklan baru. Isinya tak jauh-jauh dari: ”kehujanan, macet....segera cegah sakit kepala dan flu dengan ....”

Gambaran di atas baru satu contoh sederhana dari satu gambaran ketidakpastian alam, perubahan cuaca sebagai efek perubahan iklim, yang sedang dihadapi dunia saat ini. Masih begitu banyak ketidakpastian lain yang berbuah risiko bagi manusia. Namun, sejak Adam Smith, risiko telah dilihat sebagai ruang untuk meraup keuntungan. Beberapa pihak telah berhasil melihat ceruk potensi perubahan cuaca kota Jakarta. Siapa menyusul?

Jumat, 05 November 2010

Computer Forensic

Forensik adalah pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk menginvestigasi dan menyusun fakta2 dalam pengadilan criminal atau sipil. Pakar forensic mampu menguji sejumlah petunjuk dan menyusun kembali rangkaian peristiwa/kejadian. Computer Forensic merupakan disiplin ilmu yang paling baru dan paling cepat perkembangannya dalam bidang ini. Sebagaimana dideskripsikan sebelumnya pada Bab 11, computer forensic – kerap disebut juga sebagai digital forensic, network forensic atau cyber forensic - adalah penemuan, pengumpulan dan analisa atas bukti2 yang ditemukan dalam computer dan jaringan2nya. Teknik forensic computer mencakup analisa file2 log (Log Files/data harian tercatat), analisa storage media (termasuk file2 yg dihapus/deleted files), analisa atas log percakapan (chat logs), penelusuran jalur data pengiriman pada data network (Gbr. 1). Bidang studi ini mengintegrasikan aspek2 pengadilan criminal, ilmu computer, serta teknik2 investigasi computer dan jaringan.


CAKUPAN COMPUTER FORENSICS (CF)

CF focus pada computer dan jaringan.
• Analisa forensik komputer meliputi pengujian media, program2 dan data serta file log(catatan/rekaman aktivitas harian) untuk merekonstruksikan aktivitas yang memanfaatkan komputer tersebut, mis., percakapan pesan instan, chatting internet, pesan email, situs2 yang dikunjungi, dokumen atau lembar kerja yang dibuka, file2 audio didengar dan gambar/foto yang dilihat.
• Analisa forensik jaringan lebih terfokus pada kegiatan suatu jaringan dan meliputi analisa atas konten server, server dan file2 data log pada penghubung koneksi (router), lalu lintas data paket (paket traffic), dan informasi yang diperoleh dari ISP (Penyedia Jasa Internet).

Ilmu forensik komputer mencakup sejumlah area yang berkaitan (gbr.2). CF sangat penting bagi penegakan hukum sebagai sarana pengumpulan bukti dan investigasi kriminal. CF terus berkembang menjadi perangkat penting yang digunakan untuk pengumpulan informasi intelijen militer dan sipil – termasuk aktivitas terkait keamanan negara. CF juga terus dikembangkan dan semakin luas dipakai oleh berbagai organisasi dan perusahaan swasta lainnya untuk menangkal serangan atas keamanan infomasi (information security). Perangkat2 (tools) utama dan keahlian sama pentingnya dalam penerapan.

Seorang spesialis CF juga harus memiliki pengetahuan hukum, tanpa perlu membedakan apakah investigasi yang dilakukan adalah untuk penegakan hukum atau untuk tujuan2 sipil. Ada kompleksitas tambahan dalam bidang ini yang disebabkan undang2 kejahatan informasi virtual dan penerapan privasi sah pengguna (user) yang sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain, dari satu bgsa ke bangsa yang lain. Dengan adanya internet dan www (world wide web), batas2 yurisdikasi negara semakin kabur, dan seseorang di negara tertentu dapat saja melakukan kejahatan di mana pun di dunia tanpa perlu meninggalkan keyboard komputernya.

Meskipun kebanyakan spesialis CF saat ini terkait dalam investigasi penegakan hukum, bidang ini tidak terbatas pada penemuan bukti kesalahan kriminal. CF juga sedang berkembang pesat sebagai spesialisasi turunan bagi para profesional keamanan informasi (information security/IS). Manajer IS tradisional bertanggung jawab untuk proaktif dalam melindungi aset2 teknologi informasi (IT) dalam suatu perusahaan/lembaga.
Penyusupan jaring pengamanan dan peristiwa sejenis tak mungkin dihindari. Spesialis CF, sebaliknya, perlu mengarahkan fungsi tanggap insiden untuk mempelajari bagaimana peristiwa itu terjadi, siapa di belakangnya, dan bagaimana mencegah agar hal itu tidak berulang. Teknik2 CF terus digunakan oleh perusahaan pihak ketiga untuk mengaudit kebijakan dan pemenuhan permintaan akan isu2 mulai dari AUPs organisasi hingga regulasi2 seperti SOX dan HIPAA.

CF juga merupakan bagian dari perangkat pakar komputer masa kini. Banyak peniliti IS secara sengaja memasang honeypot (komputer yang mudah ditembus) pada jaringan mereka untuk tujuan khusus yakni menganalisa serangan2 yang kadang2 disusupkan ke dalam sistem mereka. Selanjutnya mereka dengan teliti mempelajari bagaimana cara honeypot yang diserang tersebut dapat menyediakan informasi yang signifikan dalam bentuk2 baru serangan, yang kemudian dapat diterjemahkan ke dalam perangkat defensif dan strategi baru.

Kepentingan CF

CF sedang berkembang pesat karena alasan yang sangat sederhana yakni komputer dan internet adalah teknologi yang sedang marak dimanfaatkan untuk aktivitas kriminal. Saat komputer menjadi semakin kecil, murah, ringan, dan mudah digunakan, perangkat ini semakin terlihat hadir dalam hampir semua tindak kejahatan diinvestigasi polisi. Sejumlah kegiatan, seperti perjudian ilegal dan penyaluran virus dan kuman, telah memunculkan corak hidup baru karena kemudahan penyebaran komputer dan internet.

Cybercrime (CC) sedang bertumbuh pesat baik dari segi jumlah kejadian maupun pembiayaan dalam dollar, terutama karena kejahatan ini lebih aman dan menguntungkan dibandingkan kejahatan dalam dunia ’nyata’. Jumlah rata2 perampok bank, misalnya, hanya mengakibatkan kerugian bersih sekitar beberapa ribu dolar, itupun sebagian besar dapat ditangkap dan dipenjara. Sebaliknya, kejahatan komputer kerah putih, seperti pelelangan semu, pengurasan kartu kredit, pencurian identitas, dan berbagai praktik penipuan keuangan, cenderung mengakibatkan hilangnya jauh lebih besar jumlah uang, dan para penyusup jauh lebih sulit ditangkap dan dipenjara. Sebagai tambahan, penjahat IT cenderung lebih mampu menarik simpati hakim, juri dan publik dibanding pelaku kekerasan. Keseluruhan permasalahan itu menjadi fakta bahwa akses ke resources jaringan korporasi membuat pekerjaan2 dari pelaku internal oleh karyawan sendiri jauh lebih mudah. Gbr. 3 menunjukkan kerugian dalam dollar yang dilaporkan oleh 269 perusahaan besar pada tahun terakhir ini berkaitan dnegan pemalsuan telecom dan keuangan, penyalahgunaan oleh orang dalam, akses jaringan yang tidak diotorisasi, pencurian informasi peruhaan, dan sejumlah tindak kejahatan lain terkait komputer.

CF digunakan tidak hanya untuk membasmi CC. Teroris di seluruh dunia diketahui telah menggunakan komputer dan berbagai perangkat digital lain, sehingga analisa CF menjadi penting sebagai sarana anti-terorisme, baik untuk pemberantasan kejahatan maupun untuk pengumpulan data intelijen. Semua lembaga yang menggunakan komputer, mulai dari LSM, perusahaan2 besar hingga biro2 pemerintahan dan perusahaan pengguna, berada dalam bahaya. Semakin banyak informasi yang disimpan secara digital dan semakin banyak aspek hidup masyarakat berada di bawah kontrol komputer, maka semakin kita semua menghadapi meningkatnya kerentanan. CF adalah sarana penting dalam memahami sistem informasi digital kita dan menjaganya tetap aman, sama halnya seperti menelusuri jejak orang yang menyalahgunakan sistem tersebut.


PROSES CF

Proses CF bisa sederhana bisa juga rumit, tergantung pada ruang lingkup yang menyebabkan investigasi tersebut menjadi prioritas. Spesialis CF bisa saja menjadi bagian dari tim investigasi, dan analisa atas bukti digital bisa hanyamerupakan satu bagian dari investigasi secara keseluruhan. Si spesialis akan mencari informasi yang berkaitan dengan kejadian atau peristiwa yang sedang diinvestigasi, yang dapat dibatasi oleh surat perintah penyidikan, dan ruang lingkup lainnya.

Langkah pertama dalam proses ini adalah mengumpulkan bahan material untuk dianalisa. Ini mungkin tidak semudah kedengarannya. Personil penegak hukum akan dilengkapi dengan surat izin penahanan bukti material, sementara spesialis CF dapat diarahkan oleh perangkat apa yang dimiliki perusahaan tersebut. Bahkan dengan petunjuk yang jelas sekalipun, banyak item yang perlu dipertimbangkan untuk dikumpulkan dan diuji sebagaimana diperinci dalam bagian berikut ini.

Perangkat Computer
Saat ini perangkat komputer dapat ditemukan di banyak tempat (Gbr.4). Ini mencakup hard disk, zip disk, floppy disk, dan optical disk (CD dan DVD). Juga termasuk di dalamnya alat penyimpan data berkapasitas kecil maupun besar seperti USB Flash Drives (dengan berbagai versi tempat kaitannya seperti pada jam tangan, ballpoint, pisau swiss army) dan kartu memori.

Komputer & Perangkat Pendukungnya
Setiap bagian komputer perlu dipertimbangkan untuk diteliti, dan biasanya penting untuk mengambil keseluruhan perangkat tersebut. Spesialis tak dapat berasumsi bahwa bagian keyboard belakang yang dibawa ke lab sudah mewakili penahanan komputer utuh. Komputer yang ditunjukkan dalam gbr 5 mempunyai hardware utama yang mungkin akan diperhitungkan orang untuk dilihat saat reka adegan tindak kejahatan.


Hardware Komputer dan Jaringan Lainnya
Kata komputer harus diinterpretasikan secara luas dalam istilah CF yang mencakup tidak hanya desktop tradisional, notebook, sistem server, tetapi juga perangkat digital, termasuk router, kamera digital, mobile phone, dan PDA (gbr.6).
Rumah2 dengan koneksi jaringan broadband terus meningkatkan jaringan dengan rangkaian komputer dan sebuah router. Jaringan nirkabel (Wireless network) membuat relatif mudah untuk menyembunyikan komputer yang terangkai; sebuah komputer yang menggunakan jaringan wireless rumah dapat mencapai jarak 100 yard dari akses point wireless-nya, dan dengan demikian bisa disituasikan jauh dari struktur langsungnya.

Computer Software
Meskipun spesialis CF umumnya tidak dapat menjalankan software secara langsung dari drive yang dicurigai, adalah sulit untuk menyelidiki file2 tanpa software aplikasi yang tepat. Dalam beberapa kasus, pengguna komputer yang dicurigai bisa saja telah menginstal software khusus, yang disesuaikan atau yang sangat tua, yang biasanya akan menyulitkan spesialis CF untuk mengakses; dalam kasus tersebut, si spesialis perlu menginstal software yang ditemukan di lokasi pada komputer lab forensik. Ini hanya salah satu cara untuk menyelidiki situasi tempat di mana komputer ditemukan dan untuk mempertimbangkan penahanan media distribusi serta petunjuk penggunaan dari software apa pun yang kurang familiar bagi sang spesialis. Kertas2 dan buku2 yang ditemukan dekat komputer juga akan memberikan sang spesialis petunjuk dan penerawangan tentang pengguna dan tipe2 aplikasi yang mungkin akan ditemukan pada sistem tersebut.

Dalam Lab CF

Saat material yang dibutuhkan sudah ada di lab forensik komputer, investigasi dapat dimulai. Langkah2 dasar dalam analisa forensik komputer adalah:
1. Melindungi alat/media tersebut
Analisa CF tidak pernah dijalankan pada media aslinya, kecuali dalam situasi sangat luar biasa, karena alasan potensi terjadinya kecelakaan adanya perubahan pada bukti orisinil. Copy-annya juga harus dibuat sedemikian rupa agar informasi asli tidak dilanturkan dengan cara apa pun dan bahwa hal itu dapat diotentikan sama seperti mengisi informasi yang sama dengan aslinya. Proses ini dikenal sebagai penggambaran sebuah drive (imaging a drive).

2. Menyaring & Memilah bukti
Berdasarkan panduan investigasi, si spesialis perlu mempertimbangkan informasi seperti apa pada komputer tersebut yang berkaitan dengan kasus. Petunjuk2 untuk apa yang akan diselidiki bergantung pada tipe kasusnya. Spreadsheet, contohnya akan sangat relevan dalam kasus pemalsuan bisnis, sementara itu gambar penting dalam kasus dugaan pornografi anak2. Data chatting dan email bermanfaat dalam kasus pembicaraan cyber. Kata kunci, seperti frase2 terkait, istilah2 slang, nama-nama, lokasi2, dll, harus diperolah spesialis CF dalam kasus tertentu.
3. Menganalisa media komputer
Analisa aktual atas bukti dan penyebab awal dari kejadian merupakan aspek yang paling menyita waktu dari proses ini. Sangat penting untuk dicatat bahwa informasi yang diperoleh dari komputer bisa menjadi petunjuk awal adanya kesalahan maupun ketidakbersalahan. Lagi pula, sang spesialis harus memeriksa keseluruhan kapasitas dari medium tersebut (komputer) karena informasi dapat disembunyikan di mana saja. Gbr. 7 meringkaskan item2 umum yang biasanya diteliti saat investigasi CF dilakukan.
4. Mendokumentasikan hasil-hasilnya
Hasil2 uji CF harus didokumentasikan seluruhnya terutama jika pengujian tersebut dilakukan untuk tujuan proses hukum. Segala sesuatunya harus dicatat, mulai dari konfigurasi komputer dan setting-an BIOS hingga tiap langkah yang diambil oleh sang spesialis CF dan segala bukti terkait yang ditemukan. Semua perlengkapan komputer, perangkat, jaringan terhubung dan benda2 di sekitarnya, atau item2 lain yang dikumpulkan harus dibuat log, dan jika mungkin, fotografer perlu mendokumentasikan koneksi eksternal dan internal serta sikon lokasi. Penanganan worksheet (kertas kerja) alat bukti ditunjukkan pada gbr.8.
• Gmbar 8a adlah worksheet untuk mencatat bukti dari komputer.
• Gbr 8b adalah contoh worksheet yg digunakan untuk mencatat bukti dari hard drive.

Secara umum, alat2 CF telah dirancang khusus yang digunakan untuk melakukan suatu analisa untuk menjamin bahwa tidak ada informasi yang dimodifikasi pada target media (computer) dan bahwa penyeledikan yang dilakukan sudah menyeluruh. Mengurai dan mengurutkan (booting) perubahan2 dalam komputer yang berisi ratusan registry, log, dan file data sangat penting, karena itu hard disk asli tidak pernah boleh digunakan dalam proses booting computer. Lagi pula, banyak sistem operasi, seperti Linux dan Windows, menjaga penomoran waktu yang dilekatkan pada setiap file terkait, termasuk saat pembuatan, akses terakhir, data modifikasi terakhir (last modified date). Penggunaan perangkat sistem operasi biasa untuk memeeriksa isi file2 biasanya akan menyebabkan, paling kurang, perubahan pada data akses terakhir (last access date) file tersebut. Penggunaan alat analisa khusus mampu menjaga integritas data orisinilnya sehingga sang spesialis sendiri pun yakin bahwa hasil2 analisis tersebut valid secara legal maupun teknis. Sangat penting artinya menjaga jangan sampai ada kerusakan/gangguan terjadi pada bukti orisinil.




ALAT2 CF

Ada bermacam2 perangkat CF yang tersedia, masing-masing dengan aplikasi tersendiri, yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Sejumlah perusahaan membuat hardware CF, terutama untuk tujuan disk imaging (pemotretan disk). Digital Intelligence, misalnya, membuat beberapa perangkat hardware forensik, antara lain:
• Hardware ’The Forensic Recovery of Digital Evidence’ (FRED) – gbr.9a. Hardware ini adalah perangkat kerja forensic yang berdiri sendiri yang dapat merangkum data dari semua tipe hard disk, termasuk IDE, ATA, SATA, dan SCSI, juga floppy dan Zip disks. Sistem ini mencakup pula hard disk tetap untuk sistem operasi perangkat kerja dan perlengkapan analisis plus sejumbah penghubung bagi driver2 lain untuk di-insert atau dikeluarkan. Untuk aplikasi2 imaging, isi disket yang dicurigai dicopy ke sebuah disk kosong; analisis selanjutnya dilakukan di disket copy-an tersebut.
• Hardware ’The FireChief’ (gbr 9b). Hardware ini memiliki dua jalur removable hard disk (HD yang dapat dipindahkan), satu di antaranya write-protected – terlindungi secara tertulis- (untuk disk orisinil). Perangkat ini dapat digunakan untuk meng-copy satu disk dan dipindahkan ke yang lainnya. Alat ini terkoneksi ke computer melalui koneksi FireWire dan ini sangat ideal untuk menunjang perangkat kerja forensic berbiaya rendah.
• Hardware FireFly (gbr 9c) dapat dicolokkan secara langsung ke hard disk SATA atau IDE dan terhubung ke computer forensic melalui koneksi FireWire.


Dalam beberapa kasus, spesialis memilih untuk memotret hard disk langsung di lapangan daripada memindahkan seluruh perangkat komputer ke lab. Ini kerap kali menjadi pendekatan yang dipilih seandainya perangkat yang akan digambar/dipotret adalah server penting perusahaan. Penahanan perangkat komputer tersebut akan mengakibatkan problem ekonomi tak perlu bagi pemilik perusahaan. Perangkat seperti Intelligent Computer Solutions’ Road MASSter-II (gbr.10) adalah salah satu perangkat yang dimaksud. Patut dicatat bahwa ini tepat untuk penanganan kasus kecil.
Notebook mewakili tantangan khusus dalam analisa forensik karena banyak hard disk notebook yang memiliki tampilan khusus dan autoformat pemilik. Ada Hardware tambahan yang secara khusus dipakai untuk pemotretan (imaging) drive dari berbagai produk Dell, Gateway, HP, IBM, NEC, Toshiba, dan berbagai merek notebook lainnya.

Hal...

Perangkat analisis CF terpenting adalah software. Program khusus forensic yang paling banyak digunakan saat ini adalah EnCase (software Guidance-pemandu) dan Ultimate Toolkit, perangkat Access Data (gbr.11). Tidak ada satu program tunggal yang dapat menjalankan seluruh aspek analisis CF, meskipun sudah ada beberapa yang mendekati itu. Program2 tersebut menyediakan fungsi2 dengan jangkauan forensic yang luas (gbr.12)


Dalam Tugas CF

Seorang spesialis CF perlu memiliki pemahaman dan pengetahuan kerja yang mencakup jangkauan topik yang luas terkait komputer dan jaringan. Unsur paling esensial dari pengetahuan tersebut adalah pemahaman bagaimana file2 disimpan pada media penyimpanan (storage) dan berbagai sistem file yang dapat ditemukan. Bagian berikut akan mengilustrasikan beberapa tugas pokok spesialis CF saat mencari petunjuk2 (clues) dalam investigasi.

Menganalisa file2 yang dihapus (deleted files)
Pikirkan skenario yang ditunjukkan dalam Gbr 13.
• Gambar 13a menampilkan tersangka sedang memilah nama file2 yang terlibat dalam kegiatan kriminal.
• Gbr 13b menampilkan si tersangka sedang menghapus file2 tersebut.
• Gbr 13c menunjukkan spesialis CF sedang menggunakan program khusus untuk melacak dan menarik kembali file2 yang telah dihapus.

Menelusuri Rute Paket
Pengetahuan internet adalah salah satu skill yang esensial. Gbr.14a menunjukkan hasil Mc Avee’s Visual Trace, yang menyusun rute2 paket lanjutan antara komputer host lokal (altamont) dan sebuah Web Server (www.garykessler.net). Visual Trace adalah versi grafis dari penjejak/tracert (DOS) dan Traceroute (Linux) yang mengatur fasilitas jalur dan susunan daftar IP Address dari semua ’lompatan’ (sharing informasi) pada jalur tertentu antara dua komputer. Tampilan ini juga menunjukkan penundaan round-trip/perjalanan berkeliling dan dapat digunakan untuk menunjukkan informasi tentang siapakah yang ada pada tiap rute paket dalam jalur tersebut. Visual Trace juga dapat menunjukkan peta geografis jalur tersebut (gbr 14b).

Menganalisa Log ISP
Saat investigasi CF, spesialis dapat meminta data tercatat/log dari sebuah penyedia jasa internet (ISP). ISP tersebut akan mengirimkan log dimaksud, tapi data tersebut masih dalam format mentah yang memungkinkan data tersebut tetap aman.
Jika SMTP digunakan untuk mem-forward e-mail ke seluruh internet, protokol lain digunakan untuk mendownload email oleh klien. Satu protokol seperti itu adalah Post Office Protocol versi-3 (POP3). Gbr 1° pada halaman 607 menunjukkan rangkaian tiga catatan dari sebuah log pada server POP3 yang menampilkan data seorang pengguna yang login untuk mengecek dan men-download pesan email.. Semua catatan menunjukkan data (13 maret) dan waktu yang tertera pada host bernama Watson yang menjalankan layanan POP (ipop3d) dan akses oleh seorang pengguna pada host dengan IP address 192.168.187.35.

Menganalisa Log Chatting
Analisa log chatting adalah salah satu aspek penting dalam analisa jaringan. Log yang ditampilkan dalam gbr 1c pada halaman 607 adalah percakapan antara BettyF, billy89, dan anggota lain dari IRC Strong&40 channel. Meskipun percakapan ini relatif tidak berbahaya, analisa log seperti ini dapat menghadirkan atau membalikkan bukti percakapan cyber, konspirasi kriminal, spionase ekonomi, gangguan, atau hal2 lain yang menarik.

Menganalisa Jejak suatu Paket
Pemindai atau penjejak paket (Sniffer) adalah perangkat software yang penting dalam memahami lalu lintas jaringan. Sniffer memonitor semua yang terlihat pada port jaringan sebuah komputer dan menyimpan sebuah copy-an untuk analisa lanjutan. Salah satu penjejak paket/sniffer yang paling umum adalah tcpdump, fasilitas pengatur jalur untuk UNIX/Linux; WinDump adalah versi Windows-nya.


Menganalisa Perangkat Mobile
Mobile phone, PDA, dan kamera digital terus menjadi fokus penelitian forensik. Analisa atas perangkat2 ini menjadi spesialisasi turunan dalam CF yang terus berkembang. Kadang-kadang, analisa atas perangkat mobile lebih rumit dibandingkan analisa atas omputer, karena perangkat mobile memiliki keragaman konektor fisik, lingkup operasi, struktur file, format data, tampilan, personalisasi pengguna, pola-pola operasi yang sangat beragam. Perangkat mobile juga dapat berisi berbagai macam pengembangan kartu mulai dari flash memory hingga berbagai SIM Card.



Belajar Lebih Lanjut tentang CF


Setiap aksi pengguna pada komputer akan meninggalkan jejak. Menghapus file sesungguhnya tidak menghilangkan informasi. Bukti kegiatan komputer tersimpan di banyak tempat pada hard disk, beberapa di antaranya jelas terlihat tetapi yang lainnya sangat tersembunyi. Informasi tentang akses jaringan berpotensi tercatat pada banyak komputer melalui jaringan lokal dan internet global. Penelusural digital (digital track) ada di mana-mana.

Spesialis CF harus secara teknis dapat memahami dan menikmati permasalahan dan pemecahan teka-teki tersebut. Mereka harus menyadari batasan-batasan legal dan kebijakan2 organisasi yang mengatur apa yang dapat atau tidak dapat mereka lakukan.

Banyak sumber berita dan informasi tentang CF tersedia secara online. Dengan menggunakan portal Web seperti Goodle, Yahoo!, dan lainnya, Anda dapat menemukan link ke ratusan situs CF. Gbr 15 menampilkan sumber2 informasi mengenai CF dan alamat situs masing-masing.


Translasi

Rabu, 13 Oktober 2010

CSR & Kritik Friedman





CSR (Corporate Social Responsibility) atau tanggung jawab sosial perusahaan dalam dekade ini banyak mendapat kritikan. Inti kritikan tersebut hanya satu: korporasi raksasa dianggap cuma berjubah sinterklas yang datang membawa hadiah pada kalangan miskin. Padahal, mereka tak lebih dari lintah darat yang lilitan dan cengkeramannya baru disadari pada saat “jatuh tempo”.

Banyak gambaran negatif yang diletakkan kalangan kritikus pada aktivitas sosial kemasyarakatan perusahaan ini. CSR dipandang sebagai muslihat khusus (pendekatan marketing) sebelum memasuki pasar (masyarakat). CSR dinilai sebagai akal-akalan korporasi untuk memperbaiki citra perusahaan yang rusak karena berbagai alasan/kasus. CSR pun dipandang sebagai mainan pemanis korporasi agar tidak terkesan hanya bertujuan mengeruk untung sebesar-besarnya tapi juga memiliki sisi karitatif. Bahkan CSR sering dianggap pula laiknya membuang remah-remah profit untuk dinikmati mereka yang terbuang akibat kehadiran dan eksploitasi perusahaan.

Salah Kaprah
Banyak kritikus meminjam pernyataan Milton Friedman, sang teoris neoliberal, dalam esainya “The Social Responsibility of Business is to Increase its profits”, untuk menguatkan serangan mereka atas program sosial korporasi yang marak sekarang ini. Jika Friedman saja sudah menganggap CSR semata-mata untuk mencari untung, apalagi pandangan orang awam, begitu alur logika mereka. Namun sebenarnya meminjam pernyataan Friedman untuk menyerang CSR dari sisi kepentingan civil society adalah keliru besar. Bisa diibaratkan para pengutip hanya membaca judul tulisan tanpa melirik isi yang diulas.

Inti esai tersebut adalah bahwa Friedman ingin menegaskan bahwa korporasi tidak memiliki tanggung jawab social. Tujuan satu-satu dari bisnis adalah mencari keuntungan. Meminjam kata-kata Friedman, tujuan korporasi adalah “mencetak uang sebanyak mungkin”. “Social ends” atau pun “social awareness” adalah kepentingan dan tanggung jawab personal, bukan tanggung jawab perusahaan. So, korporasi tidak perlu memikirkan tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Tugasnya hanyalah melayani kebutuhan consumer atau customer dan menarik keuntungan dari jasa atau produk yang dihasilkan.

CSR hanyalah satu aspek dari kritik Friedman terkait sejumlah tanggung jawab yang akhir-akhir ini dibebankan kepada korporasi. Murid Friedrich Hayek ini melihat masalah polusi, lingkungan hidup-ekologi, penyediaan lapangan kerja, serta isu diskriminasi dan gender tidak layak menjadi pertaruhan perusahaan. Hanya satu tanggung jawab korporasi dalam pandangannya, yaitu menyediakan produk dan jasa yang dibutuhkan masyarakat. Relasi tersebut memberi keuntungan bagi kedua belah pihak: kebutuhan masyarakat terpernuhi dan korporasi mendapat keuntungan.

Lebih jauh lagi, konteks kritikan Friedman bukan untuk menyerang CSR per se. Sebagai pembela kepentingan bisnis yang bebas, Friedman justru membela kepentingan korporasi dan ideologi yang dibangunnya. Konteks pernyataannya adalah perang antara teoris liberal vs teoris sosial. Friedman menilai para oponennya berada di balik program tersebut. Korporasi dipandang sedang dijadikan boneka yang tanpa sadar diperalat oleh para teoris sosial untuk kepentingan mereka, dan telah ”merendahkan basis masyarakat bebas (selama) dekade2 lampau. Para pebisnis yang mengumandangkan kesadaran dan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat, menurut Friedman, tak lain dari korban-korban intelektual sosialisme.

Argumentasi Friedman dibangun atas dasar tesis ini: yang memiliki tanggung jawab hanyalah manusia sedangkan korporasi hanyalah badan artifisial. Karena itu tanggung jawab korporasi juga bersifat artifisial. Ia meletakkan muncul kesadaran sosial tersebut pada oknum. Para pengambil kebijakan, terutama jajaran eksekutif-direksi, menjadi pihak yang paling bertanggung jawab. Mereka, menurut Friedman telah membiarkan diri menjadi wayang (unwitting puppets) yang didalangi kaum sosialis. Merekalah yang secara personal memiliki tanggung jawab sosial dan menyalurkan kesadaran tersebut secara keliru atas nama perusahaan. Dapat dikatakan, para pengambil kebijakan CRS itu telah menyalahgunakan kewenangan (sebagai eksekutif perusahaan) dan kepercayaan (sebagai tenaga kerja yang dibayar pemilik perusahaan) untuk kepentingan pribadi atau kelompok.

Kritik Friedman tersebut bisa memiliki fakta dan bisa dibenarkan dalam pengertian korporasi sebagai badan artifisial yang dijalankan oleh aktor-aktor yang memiliki kesadaran sosial. Namun sebagai badan artifisial, korporasi bukanlah eksistensi tanpa manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki hasrat untuk memenuhi keinginan yang bisa bersifat atau berdampak positif serta negatif untuk sesamanya. Dalam pemahaman tentang manusia sebagai individu yang memiliki nilai rasa sosial inilah argumentasi Friedman terasa timpang. Manusia hanya dilihat sebagai makhluk yang berkehendak bebas demi memenuhi keinginan ego semata, menjadi yang terbaik dalam persaingan, serta melihat yang lain sebagai musuh (homo homini lupus).

Secara singkat dapat dikatakan bahwa korporasi sebagai badan usaha tak mungkin ada tanpa manusia. Eksistensinya hanya dapat dimaknai dengan adanya penggerak yang adalah manusia. Dan, manusia tidak dapat dilihat secara sepihak dari perspektif ekonomi. Manusia harus dipandang secara utuh sebagai makhluk multidimensional yang memiliki passion: nafsu, ambisi sekaligus nilai rasa dan kepekaan. Individu-individu yang memimpin perusahaan adalah warga masyarakat dan bagian dari komunitas yang tidak mungkin tidak menyaksikan realitas yang ada di sekelilingnya.

Tambahan pula, tuntutan komunitas, pemerintah dan kelompok2 advokasi maupun masyarakat umum mengenai peran yang dimainkan para pebisnis bagi kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan, dan pembangunan sosial semakin bergema. Korporasi dewasa ini tidak hanya memikirkan perangkat dan kelengkapan legal dan pemenuhan aturan perundangundangan semata. Lebih dari itu mereka dituntut untuk memikirkan dampak sosial dan lingkungan dari aktivitas ekonomi-bisnis yang mereka jalankan mengingat akumulasi dan berbagai kegiatan tersebut bisa berdampak secara global, sebagaimana terjadi saat ini.

Pandangan Friedman mungkin benar dalam pengertian CRS sebagai aktivitas sosial belaka dan bukan sebagai strategi bisnis kontemporer. Akan tetapi, dalam dunia bisnis dewasa ini profit dan kelangsungan bisnis tidak hanya bergantung pada tiga instrumen penting: harga/nilai, rasa, dan massa berlaku atau “sell-by date” (see. Ethics and Governance p.4). CSR dan berbagai kesadaran sosial lainnya sangat membantu meningkatkan reputasi dan brand image. Kedua poin tersebut lazim diterjemahkan sebagai fondasi untuk membangun customer trust dan selanjutnya customer loyalty yang kemudian berbuahkan peningkatan penjualan (sales) dan datangnya para investor yang memungkinkan ekspansi maupun ekstensifikasi. Brand Image yang positif adalah selling point yang penting bagi korporasi dan titik acuan bagi masyarakat. Oleh karena itu, CSR bersama perhatian pada isu-isu ekologi dan sosial lainnya bisa dikatakan sebagai bagian dari investasi potensial yang meletakan dasar bagi peningkatan profit bisnis.

Satu hal positif dari kritik Friedman adalah usulannya agar eksekutif perusahaan yang memiliki kesadaran sosial mendirikan suatu badan sosial sendiri secara terpisah dari perusahaan dengan tidak menyertakan brand perusahaan. Artinya, tujuan badan tersebut secara dasariah dan asali memang untuk kegiatan sosial. Hal ini sejatinya jauh lebih positif karena tidak ada embel-embel lain sebagaimana dimaksud para pengritik program sosial korporasi di atas: baju sinterklas sang lintah darat.


Back to CSR

Peran sosial perusahaan memang suatu program yang dilematis jika hanya dilihat dari sisi perspektif kritikus. Sudah begitu banyak kalangan yang mendapat manfaat dari program sosial tersebut. Korporasi sosial dengan sayap yayasan sosialnya, seperti Ford Foundation hingga Sampoerna Foundation, misalnya, telah menghasilkan banyak teknokrat, tenaga ahli dan kalangan terdidik dari masyarakat sederhana melalui program pendidikan dan penyaluran beasiswa. Langkah pemberdayaan sosial dari lembaga-lembaga serupa pun telah mampu menaikkan taraf hidup masyarakat.

Meski demikian, harus diakui pula bahwa kritik-kritik tersebut tentu memiliki dasar. Sejumlah program sangat nyata berbasis “profit oriented”. Ada bank, contohnya, yang mengimplementasikan ‘kepedulian sosialnya’ dengan program membuka rekening masyarakat kelas bawah di daerah pedesaan dan tertinggal. Sisi positifnya, kesadaran menabung masyarakat pedesaan meningkat. Di sisi lain, program yang lazimnya menggandeng Muspida setempat tersebut lebih cocok disebut kampanye kesadaran menabung karena alokasi dana sosialnya begitu minim. Dana tabungan datang dari masyarakat sendiri, walaupun diberi rangsangan tertentu, misalnya, saldo minimum yang lebih rendah. Lebih dari itu, program seperti itu jelas memuat sasaran ekspansi pasar. Sebelum menjalankan program CSR, tentunya pihak perusahaan sudah terlebih dahulu melakukan pendataan dan kajian. Potensi market (nasabah) yang signifikan tentu memungkinkan implementasi CSR sarat muatan keuntungan bisnis.

Ada pula contoh lain berupa kerusakan ekologis yang diakibatkan eksploitasi sejumlah proyek pertambangan. Penyaluran dana beberapa miliyar rupiah, jumlah yang tidak begitu besar dibanding keuntungan bernilai triliunan yang ditangguk, untuk program sosial yang sekaligus berfungsi untuk mengantisipasi dan menangkal reaksi negatif masyarakat.

Hal-hal serupa tentu saja sangat disayangkan. Namun, kita harus realistis dalam memandang dan menilai fenomena dan paradigma kontemporer. Saat kompetisi antarindividu maupun antar berbagai bentuk kelompok begitu kental, saat kebebasan individu (individual liberty) lebih kerap berbenturan dengan kebaikan bersama (common goods), efek-efek yang muncul dalam perilaku personal maupun sosial akan berbeda.

Nah, ketika program sosial dewasa ini memiliki muatan profit, hal itu tidak bisa dijadikan alasan untuk menyerang CRS secara kolektif. Sangat sulit dewasa ini menemukan lembaga privat sosial nirlaba. Dari sisi kompleksitas biaya hidup yang terus meningkat, hingga segala bentuk administrasi dan spesifikais pengurusan yang bervariasi dan bernilai uang, kita tidak bisa berharap terlalu banyak orang akan mau “berlumpur” demi menyelamatkan orang lain (istilah Dietrich Bonhoeffer) sebagaimana wajar terjadi pada Abad Pertengahan dan Periode Romantisme – saat dominasi nilai religius dan aspek relasi vertikal begitu kuat dalam masyarakat.

Lebih dari sekedar kesadaran sosial, pihak korporasi pun bisa memaknai realitas eksistensi dan esensi perusahaan dalam dialektika dengan masyarakat. Maksudnya, korporasi tidak mungkin didirikan tanpa ada target yang terarah pada kebutuhan masyarakat (pasar). Di lain pihak, masyarakat tidak mungkin memenuhi kebutuhannya tanpa ada korporasi yang bertindak sebagai produsen atau supplier.

Oleh karena itu, memaksakan kehendak agar program sosial yang membawa serta brand perusahaan perlu dihilangkan pun bukanlah opsi terbaik. Yang lebih dibutuhkan adalah mekanisme pengawasan terhadap aneka program CSR. Mekanisme tersebut dapat dijalankan oleh lembaga pemerintahan maupun NGO atau badan advokasi publik. Dengan adanya pengawasan yang bertujuan memonitor apakah program yang dijalankan lebih kental muatan ekonomi dibanding sosial, entahkah target masyarakat dan implementasi program sudah sinkron, dan apakah program yang dijalankan sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat dan arah pembangunan daerah secara khusus, maka program-program CSR minimal bisa menyeimbangkan orientasi sosial dan orientasi profit-bisnisnya.

ELMORO02-141010



Milton Friedman:
Businessmen who talk this way are unwitting puppets of the intellectual forces that have been undermining the basis of a free society these past decades.


Only people have responsibilities. A corporation is an artificial person and in this sense may have artificial responsibilities, but "business" as a whole cannot be said to have responsibilities, even in this vague sense.


I share Adam Smith's skepticism about the benefits that can be expected from "those who affected to trade for the public good"--this argument must be rejected on the grounds of principle.

Jumat, 03 September 2010

EYING AT "DYING YOUNG"


Movie contains several important aspects to be set out. It includes art of performance. It is also one of the most optional entertainments for people at present time. More than just a performance or an entertainment, the filmmakers, movie creators, artists and the other focal figures involving in production always bring out some points of messages intended to spectators. Due to the purpose, the movie is disposed in several stages of manufacturing starting from research and script-writing processes up to the show or a well-structured and ready-watched film.

The appealing nuance of a movie lies on its plot. It composes and ties up the flow of the story entirely becoming a sequence of reciprocal, closely related and united scenes that perform an interesting narrative. The plot of a movie determines its meaning and tenet before spectators, and its successful film as well. Well-composed plot of a movie enables audience to comprehend intentional value(s) the filmmaker dares to communicate, without being biased by angle of twist.

“Dying Young” as a model movie comprises of those features above. Despite a merely sorrowful story just like the emerging trend of melodrama genre in today’s movie shows, Dying Young performs a more dynamic drama of life. Unlike more common narrative which distinguishes exposition of plot and setting in order to make it clear for audience, the storyline combines both main elements of each character along in a line. The exposition is devoid of confuting audience for its understandable and easy-analyzing embedded plot.

Starting with fairly fluctuate exposition, its tension raises along with the encounter between Hilary, a candy-striper, starred by Julia Roberts, who is looking for a job, and Victor Geddes (Campbell Scott), a wealthy young man who is suffering from blood cancer, as the employer. The difference of class becomes “clash of civilization” in term of lifestyle and way of thinking. Hillary with her quite free life and pure expression whereas Geddes junior as a well-educated and ordered noblesse-outlook, all them are mixed up in the encounter and close relation between the two children of the world that represent natural desire of human being to unify colorful perspective and diminish all kind of disparity. The Boss and the nurse are drunk of love to each other. Afterward, the affection almost immediately brings them on through all handicaps in the beginning, blinded by passion as usual beyond all shortcomings no matter how the differences could emerge any time.

The bittersweet relationship of the two protagonists inflicted with divergence and human’s state of limit culminate in the problem of trust. Thinking she was deceived by Victor about his improvement from the illness, desperate Hilary who hits upon heartbreaking fact that the beloved actually still suffers from wretched condition affected by 10 years fight against leukemia. She chooses to let him alone.

The ultimate climax finds its way to turn down when both of them are able to accept the limitations of each other. Hilary discloses her true love by letting Victor’s family knows his half-death condition. The ill-fated Victor with his suffering of Leukemia admits the presence and love of Hilary wholeheartedly. On the other hand, Hilary with her compassionate heart and mind gets rid of her reluctance to show her care and love to Victor attentively and affectionately.

That’s the point, no matter whatever could happen in the future, the plot has come to its conclusion. Whether Victor could survive or carry on fighting his unending illness, will Hillary endure in on-going problem of taking care a half-dead man or be trapped in restricted manner of aristocrat circle and so forth. The closing stages bring up a short underlined inspiration that “where there is love there is life”, as spoken by Mahatma Gandhi.

The movie explicates an honorable moral value and tenet that is compassionate love makes lose every boundaries. It revives the hopeless people and unlocks the closed mind. Last but not the least, Dying Young delivers more than just a drama of life but also a new perspective of thinking. It highlights a point to be thought over that tragic fortune should not come to its end by desperate feeling. It could be changed to peaceful dream by empathetic love of others who keep on caring and elucidating their love.

Rabu, 01 September 2010

Another Inadequate Apology on gas explosion by Chairman of Parliament



Chairman of Parliament Marzuki Alie stated a very disappointing reply in Metro TV’s Economic Challenges last Monday (30/8) on account of the blast of a number of 3 kg LPG’s canisters. According to him we should be open-minded to consider the accident from broader perspective. Gas conversion program, Alie argued, takes in more economic profit to Indonesia. It could not be blamed just because of several death tolls. How poor, insensible argument of a chairman of our representatives council.

What was in your mind, Mr Chief? Was it simply humorous answer or coffee booth discuss so you easily made that inadequate comparison. Another fairly reason was probably sufficient than to compare between any economic profit and death toll. As a human being and endorser of Human Rights Declaration we might not put economic profit prior to human life at any cost.

In addition, public and media do not criticize over the conversion program itself. We urge government immediate reaction and sense of crisis on the problem since we are terrorizing everyday by fear about the blasts. Have you think about the dreadful experience of millions people of ‘the subsidized class’. We have to utilize such stove and canister several times a day and be used to such a shocking feeling each moment we start to turn it on.

It is quite prudent retort not to blame gas incidents merely as government responsibility. Government however possesses capability and facilities to run some quick responses since the case take accounts of human life. It requires more than just an apology and promise. When millions lives are under threatened a fast reaction to empower all resources thoroughly in order to tackle the threat should be placed as top priority of task.

Besides, are there any officials take the responsibility of the policy impacting in hundreds victims? Of course none, for it is not our ‘tradition’. Moral responsibility in civic accounts is a culture of those of ‘civilized governments’ meanwhile ours are still in term of in the process of being ‘civilized’.
]
Despite imposing government action both to arrange special task force and supervise those offices involving directly in gas conversion program, Mr Alie takes position to defend and excuse government as if government spokesperson who sound better on behalf of govt interest than of public aspirations.

My last gripe is, have you done any distinguished services for this country for the sake of public, Mr Ali? Public service apparently becomes your take for granted job. But, is there even a point of significant effect to people welfare without involving in party’s and personal benefit dialectic.

Rabu, 25 Agustus 2010

Media (TV) Paradoxes in Constructing Information & Reality

weblogcartoons.com



Day by day we are used to confusing TV program entitled reality show. In this country such a program dominate top class of program attracting more viewers anyway than news program. It is obviously a bad dream for media since creativity has been mislead to deceiving vision. Engineered inventiveness brings out delusive opinion to the public as if we are displayed by a tangible-sensible-matters. Such manufactured reality is unable to compare with actuality or authenticity miserably beyond laity poor hand on media’s engineering.

TV is enjoying its hegemony to determine what should be highlighted, as if they just point who or what will become the next prey. In spite of offering actual information or meaningful knowledge, TV becomes a trap of illusion by presenting tricky reality demonstrating in the way of movie production. TV has failed to play its role as communication and information means for people. Its misconducts by putting aside beneficial role have constrained beneficial influence for viewers alongside this country.

Notorious conflict of interests possibly signify the lost of idealistic journalism from the face of our recent media. Impacted by capital conglomeration and patronage culture media eliminate creative reporting and deepen investigation as to dynamic exploration of both facts and news’ sources. Supported by unlimited fundraising, media become selective to filter information for their own sake – of course on behalf of capital interest.


Despite put ahead public interest, media prefer to dramatize various level of life without assessing its impact to public, even to demoralize or dehumanize the poor and the suffer. Using several potential-hot issues, media plays its creative-independent role to attack certain focal subjects. Among those included in main target of media, government and public figure and all-embroidered issues largely put as object of reportage – usually from one-side point of view.

Crackdown of genuine inspiration to go beyond phenomenon in order to find underlying problems bring out broadcast time as demonstrating superficial facts, flash news or even one-side reports. On the other hand, entertainment TV starts to play with viewer imagination. All manners of dramatization, exaggeration, and ‘objectivation’ presumably are able to catch more attention and more entertaining at once than coverage on several essential issues such as poverty, climate change, economics and development challenges etc. Public who fail to figure out the core need of media have been ensnared to imaginary idea of TV crews. Then it will be fruitful in building new standpoint in mentality, looking at those who are dupe of media as the sinners, the worthy-of-punishment without internalizing the information as a learning subject or stared-on medium for themselves.

Minggu, 22 Agustus 2010

Kalau Media Melakukan Pembohongan Publik

Beberapa hari belakangan media sedang asyik-asyiknya menyoroti tema pembohongan publik. Dua petinggi negara menjadi obyek bahasan. Mereka adalah Kapolri dan Jaksa Agung. Menurut media, keduanya dipandang telah membohongi publik terkait pernyataan mereka sebelumnya bahwa ada bukti rekaman pembicaraan antara Ari Muladi dan Ade Raharja. Kasusnya gk perlu dijelaskan lagi, bukan??!!
Media terlihat benar-benar menikmati gelombang isu ini. Polri dan Kejagung benar2 menjadi sasaran tembak tanpa pelindung, meski klarifikasi demi klarifikasi telah dilakukan. Posisi mereka dalam kasus ini memang rentan pemberitaan negatif.
BTW, apa yang terjadi jika media melakukan pembohongan publik? Mungkin hal ini akan lebih mudah. Sebaris permintaan maaf or ralat via running teks, senyum manis news anchor atau presenter dengan mimik penyesalan mengurai beberapa baris kata maaf kepada pemirsa mungkin akan menjadi penyelesaian. Simple kan??!! Apa itu bukan pembohongan publik???
Itulah yang terjadi dengan sebuah stasiun tv nasional. Sejak jauh hari tv ini telah mengiklankan pertandingan bergengsi piala super Spanyol antara Barcelona (klub favoritku) vs Sevilla pada hari minggu (15/8) dini hari, tepatnya pukul 03.00 WIB. Nah, setelah lama tidak melihat tim kesayanganku bertanding, saya pun berjuang untuk begadang hingga jam 3.00 berselang. Beberapa menit menjelang waktu kick-off tiba-tiba kedua presenter menyampaikan permohonan maaf karena stasiun tv tersebut tidak dapat menyiarkan pertandingan dimaksud dengan alasan yg kurang jelas. Bayangkan, sudah begadang, pembatalan dilakukan cuma beberapa menit sebelum pertandingan dimulai, bisa dibayangkan kecewanya penonton seperti saya.
Nah, apa tindakan seperti ini bukan pembohongan publik??? Apa pembatalan pada menit-menit terakhir tanpa alasan jelas bisa sepadan dengan kebohongan yang telah berdampak sedikit maupun besar bagi pemirsa? Kapolri yang membatalkan pelantikan sejumlah PATI Polri pada waktu2 terakhir langsung menjadi obyek serangan media. Isu2 tak sedap pun dimunculkan - entah terkait secara langsung atau tidak. Tapi itulah posisi media yang sulit diganggu gugat. Dapat menyerang siapa dan apa pun tapi seolah2 menjadi the untouchtable.
NB. Sebagai pemirsa, saya cukup sopan untuk tidak menyebut nama stasiun TV tsb. hehehe

Kamis, 17 Juni 2010

“Senjata Rahasia Korea Utara”

kwangmyongsong.tumblr.com

Setelah pertandingan Portugal vs Pantai Gading berkesudahan dengan skor 1-1, komentator siaran berbahasa Inggris sempat beropini, hasil pertandingan kedua kesebelasan itu vs Korut yang akan menentukan tim negara mana yang akan lolos ke perdelapan final. Anda tentu marfum dengan maksud sang komentator, bukan! Brazil adalah raja grup maut tersebut. Sementara Portugal dan Pantai Gading memiliki peluang yang sama untuk menjadi nomor 2. Upaya kedua negara itu untuk mencetak gol sebanyak-banyaknya ke gawang Korut akan menjadi penentu tim mana yang akan mendampingi Brazil. Simple-nya, maksud sang komentator adalah Korut akan menjadi lumbung gol bagi tim-tim lain yang berupaya lolos dari grup maut ini.

Saya cukup terbawa oleh argumentasi tersebut. Saat menyeduh kopi buat begadang, yang ada di kepalaku adalah menantikan tarian samba bintang-bintang Brazil. Nama-nama seperti Kaka, Robinho, Fabiano hingga Maicon & Alves adalah jaminan mutu. Begadang rasa-rasanya tidak akan sia-sia bila yang akan tampil adalah figur-figur berteknik tinggi.

Korut??? Hehehe...tim ini sama sekali gak ada dalam imajinasiku, selain sebagai calon korban Lucio cs. Orang Eropa dan Amerika pasti berpendapat sama karena melihat Asia sebagai negara dunia ke-3 di jagad sepakbola. Apalagi, siapa sih pemain yang diharapkan dapat menciptakan sensasi di Afsel. Kalaupun mereka bertarung habis-habisan, mungkin itu karena adanya tekanan pemerintah otoriter komunis. Yeah, kira-kira seperti isu adanya ancaman khusus dari Il Duce Mussolini terhadap Giuseppe Meazza cs yang ”memaksa” mereka bertempur habis-habisan untuk menghadiahi sang tiran dengan Piala Dunia dua kali secara berurutan (1934 & 1938). Apalah artinya Timnas Korut di hadapan para pelakon jogo bonito. Menutup diri selama berbulan-bulan, menjaga kerahasiaan teknik & taktik latihan tidak menjadi jaminan sekumpulan pemain amatir Korut mampu melakukan mukjizat di Afsel. Selubung misteri yang menabiri kekuatan mereka sama sekali tidak ku pandang sebagai ancaman tersembunyi...Sekali lagi, yang ada di kepalaku hanyalah...itu hanyalah sekelompok manusia inferior yang mengalami dehumanisasi di bawah rezim diktator, yang mungkin akan berjuang habis-habisan agar tidak dihabisi.

Statement pelatih Korut, Kim Jong-Hun, tentang senjata rahasia yang disiapkan timnya guna menandingi 5x juara World Cup memang sudah ku tonton dalam siaran TV. But, itu tak mengundang perhatian khusus. Mirip para pengamat yang pandai, yang seakan-akan sudah mendapat bocoran langsung dari sang pelatih tentang apa senjata rahasia dimaksud, saya juga berpikir paling-paling taktik misterius itu adalah permainan ultra-defensif yang memang acapkali menyulitkan para penari Brazil dan kerap diterapkan tim lawan. Intinya, secara teknik-taktik, individu-tim, Korut jelas kalah kelas dibanding para sekumpulan maestro bola di tim Kuning-Hijau.

Pertandingan yang dinantikan pun tiba. Dan, 25 menit pertama yang mencengangkan membuatku, mungkin juga penonton lain, sadar apa sebenarnya senjata rahasia dimaksud. Pertandingan berjalan relatif imbang. Tak ada keraguan sedikit pun yang ditunjukkan Jong Tae Se dkk untuk meladeni aksi Brazil. Bisa jadi, yang terkejut dengan penampilan Korut bukan hanya penonton tapi juga lawannya, si peringkat satu dunia. Sepanjang babak I, Brazil praktis tak mampu mengeksploitasi kelebihan teknis pemain dan teamwork mereka. Alhasil, peluang matang jarang tersaji. Padahal, yang menjadi lawan mereka adalah partisipan dengan peringkat terendah, peringkat 106 dunia. Ya, mutatis mutandis, bak Lewis Hamilton bertarung melawan Rio Haryanto, hehehe.

Guys, saya sama sekali tidak melihat adanya gambaran ultra-defensif Korut yang didengungdengungkan para pengamat. Walau kemudian mereka dipaksa bertahan, itu bukanlah penerapan strategi taktis. Keunggulan teknik dan taktik tim Brazil lah yang memaksa mereka secara naluriah perlu bertahan. Tidak ada penumpukan pemain secara berlebihan.

Korut pun tidak menunjukkan permainan di bawah tekanan. Kepercayaan diri yang terpancar dari wajah para pemain, semangat juang yang tak kenal lelah menjadi mesin diesel yang terus memacu kekurangan teknis individual. Mereka menunjukkan jatidiri permainan sebagai hakekat manusia sebagai homo ludens. Ada hiburan, adalah perjuangan hingga akhir, ada senyum, ada emosi.

Dan, di atas semuanya, hanya satu pertanyaan penutup untuk Anda semua, guys, adakah yang sempat menyaksikan salah satu pemain Korut melakukan diving atau bertindak lebay layaknya pemain-pemain pro zaman sekarang? Saya jamin, hal itu tidak ada sepanjang pertandingan kemarin. Bro, mereka lebih profesional dari para pemain pro bergaji mahal. Jika para pemain Inggris dipandang sebagai para gentleman yang paling fair menjunjung sportivitas sepakbola, yang ditunjukkan Mun In-Guk dkk jauh di atas kelas fairplay ala Lampard & Terry yang sudah mulai terjangkit demam diving. So, Senjata rahasia Korut adalah mengembalikan sepakbola ke spirit awalnya, eksplorasi olah tubuh yang dipadukan dengan kemampuan akali memahami dan mengelolah taktik, suatu olahraga yang sportif sekaligus menyehatkan, perjuangan yang fair, persaingan yang mempersatukan, tak masalah siapa lawanmu. Prinsip itulah yang dipegang oleh Korut. Alhasil, mereka tidak tampak seperti Italia yang sudah dipastikan menerapkan strategi ultra-defensif setiap kali bertemu Brazil. Akhirnya, penampilan Korut layak ditunggu....

Senin, 15 Februari 2010

Ulah Ruhut Sitompul di Mata Mereka


Di Pansus Century, anggota Fraksi Demokrat kelahiran Medan 24 Maret 1954 ini dipandang sebagai “bintang”, sebuah kebintangan yang didapatkan karena lasim menciptakan kontroversi. Serangan verbal terhadap lawan, pernyataan provokatif, kata-kata profan hingga yang berbau rasial kerap terlontar dari mulut Ruhut Sitompul. Nada bicara Si Abang Poltak yang biasanya tinggi dan terkesan pongah, ditambah sikap ngototnya menjadi kekhasan yang acapkali membawanya berada dalam sorotan. Kecaman dan pembelaan muncul dari sejumlah tokoh. Berikut adalah komentar sejumlah tokoh terkait “ulah” Ruhut Sitompol.
Akbar Faisal, Anggota Pansus Century Fraksi Hanura: "Saya luar biasa merasa terganggunya. Awalnya, kita diam saja tapi tidak ada perubahan… Saya mempertanyakan apa fungsi dia di sini. Saya tidak melihat ada perubahan gaya dan tidak ada upaya untuk menegur yang bersangkutan oleh fraksinya. Dia hanya merusak suasana… Tapi biarlah dia mempermalukan diri sendiri, cuma kok enggak malu-malu!”
Amir Syamsuddin, Sekjen DPP PD: Kadang-kadang perilaku teman koalisi, koalisi, maupun di luar koalisi di dalam pansus angket memang bisa memicu kejengkelan. Mereka berbuta hati dengan data awal, ingin mengadili dan membawa ukuran sekarang untuk menguji kebijakan yang diuji 2008. Wajar bagi beberapa rekan yang dengan cara sendiri bereaksi. Dan Ruhut, style-nya kan memang begitu."
Ganjar Pranowo, Anggota Pansus Century F-PDIP: "Sangat, sudah sangat terganggu. Interupsi itu halal, tapi interupsi untuk melempengkan substansi bukan mengumpat atau berceramah,"
Ahmad Mubarok, Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat: "Aspirasi pemecatan Ruhut tetap kami tampung, tetapi dukungan masyarakat agar Partai Demokrat mempertahankan Ruhut dalam keanggotaan partai juga terus mengalir,"
Andi Rahmat, Anggota Pansus Century F-PKS: "Saya melihatnya sebagai hiburan saja di Pansus. Namun, sesuai tata tertib, pimpinan rapat seharusnya bisa bersikap jika tindakan anggota sudah mengganggu!”
Arbi Sanit, Pengamat Politik UI: "Partai maupun fraksi harus bisa memberikan penekanan bagaimana kader-kadernya beretika. Kita sudah lihat seringkali terjadi. DPR itu lembaga demokratis. Kalau yang diperlihatkan cara-cara keras seperti itu, di mana demokratisnya?... Seharusnya diproses di komisi etik. Lihat juga kode etik DPR, ada tidak yang mengatur tentang anggotanya yang seperti itu!"
Benny K Harman, Anggota Pansus Century F-PD: "Itu hal yang biasa. Biarlah publik yang menilai. Saya tidak melihat itu sebagai hal yang aneh!"
Mahfud MD, Ketua MK: “Badan Kehormatan DPR yang bisa menjelaskan itu kalau memang ada pengaduan. Saya kira Anda (wartawan) juga bisa mengadukannya sebagai orang yang diwakili… Saya sendiri kasus Ruhut ini tidak tahu sampai sejauhmana karena itu (perbuatan) itu bisa saja dinilai sebagai hal yang biasa karena emosi,” (terkait Ruhut vs Gayus).
Gayus Lumbuun, Wakil Ketua Pansus Century F-PDIP: “Sulitlah jika menghadapi pemain sinetron. Nanti, dia bilang 'Daa, terima kasih pimpinan'… Saya legowo saja karena sore itu saya memimpin pemeriksaan. Tapi jika saya menjadi anggota, dan melihat pimpinan Pansus diperlakukan seperti itu, saya akan protes keras…”
Azyumardi Azra, Ketua Presidium ICMI: "Kita tahulah track record Ruhut. Dia suka memberikan pernyataan yang bombastis. Bukannya menyelesaikan masalah, malah menimbulkan masalah baru.. Saya kira pernyataan dia tidak perlu ditanggapi serius, apalagi dia tidak berani sebut nama karena juga nanti dia bisa digugat…Pernyataan seperti itu dari seorang Ruhut saya kira harus dikurangi. Kalau tidak, maka nanti malah menimbulkan ekses-ekses yang tidak perlu,"
Anas Urbaningrum, Ketua F-PD: Kejadian itu bagian dari dinamika pansus. Memang agak panas. Tetapi jelas itu bukan skenario untuk mengganggu…Soal gaya Bang Ruhut, barangkali intonasinya saja yang perlu disesuaikan. Tetapi jangan juga hal ini hanya dilihat dari satu sisi saja. Mesti juga mempertimbangkan konteks aksi dan reaksi atau reaksi dan reaksi lanjutan. Kalau semua pihak konsisten agenda, tema, jatah waktu dan fokus materi bahasan, serta semangat yang konstruktif, kami optimis suasana akan sangat kondusif” (terkait debat Ruhut vs Gayus).
Bambang Soesatyo, Anggota Pansus Century F-PG: "Fraksi Partai Golkar akan mengusulkan ke Fraksi Demokrat untuk meninjau keberadaan Saudara Ruhut di pansus. Akan dibahas dalam rapat internal malam nanti dan akan kami sampaikan melalui rapat internal itu… Tegas saya katakan, sejak lama fraksi Golkar juga tersinggung dengan perbuatan saudara Ruhut Sitompul karena dia menuding Sekjen kami sebagai Ketua Pansus (Idrus Marham). Dia pernah mengatakan menyesal memilih Pak Idrus sebagai ketua. Saya katakan juga, FPG juga menyesal dipilh saudara Ruhut…" (terkait usulan pencopotan Ruhut dari Anggota Pansus).
Hadi Utomo, Ketua Umum DPP PD: "Pak Ruhut masih dalam batas yang biasa dan wajar. Mungkin ia punya cara yang dianggap berbeda, namun ia melakukanya untuk kebaikan masyarakat dan bangsa Indonesia,"
Fachri Hamzah, Wakil Sekjen PKS, Anggota Pansus Century: "Kalau tanya ke Ruhut, tanya ke kuncir sama antingnya, harganya berapa. Jangan tanya ke otaknya…Ya pokoknya seperti itulah. Dia (Ruhut) enggak pernah baca koran, baca peraturan, jadi enggak tahu soal pemakzulan…” (terkait serangan personal Ruhut terhadap Anis Matta dan PKS).
Anas Urbaningrum, Ketua F-PD: Kalau bukan ngaco mungkin Bang Ruhut sedang berkelakar. Entah berkelakar atau karena sedang ngawur. Itu pasti tidak benar…Justru Demokrat ingin koalisi utuh dan solid. Kalau tidak bisa kompak memang Presiden berhak melakukan evaluasi, bahkan reshuffle. Jadi, Demokrat tidak mendorong reshuffle, reshuflle adalah hak preogratif Presiden," (terkait isu reshuffle dan kelayakan Anas sebagai menteri).
Alwi Rahman, Budayawan Sulsel: Ruhut harusnya paham bagaimana menyapa orang dari setiap kaum atau etnis tertentu. Pasalnya pemanggilan daeng itu bermakna baik asal dilakukan dengan cara yang baik pula. Bukan dengan nada meremehkan. Panggilan itu rasis kalau nadanya meremehkan, orang rasis tidak bisa jadi wakil rakyat” (terkait panggilan Daeng terhadap JK).
Andi Rahmat, Anggota Pansus Century F-PKS: “Kali ini saya tersinggung dengan Anda, Saudara Ruhut. Saya orang Bugis dan berulang kali Anda memanggil Pak JK dengan daeng. Tolong hindari penggunaan identitas budaya dalam ruangan pansus ini,"
Tjahjo Kumolo, Ketua F-PDIP: "Itu juga merupakan penghinaan kepada Fraksi PDIP. Oleh karena itu, Fraksi PDIP akan meminta klarifikasi resmi dari Fraksi Demokrat terkait ucapan tersebut. Tapi ucapan '** SENSOR **' jelas menghina PDIP sebagai partai politik, karena Gayus adalah wakil resmi PDIP di pansus, serta anggota resmi PDIP," (terkait Ruhut vs Gayus).
Agus Hermanto, Anggota F-PD: “ Tidak ada perpecahan dalam internal partai Demokrat, pak Ruhut dan Anas tetap kompak, nggak ada benturan keduanya" (isu konflik Ruhut-Anas).
Akbar Faisal, Anggota Pansus Century dari Fraksi Partai Hanura: "Pak ketua kita ditonton banyak orang. Kita dituntut soal etika, maka kita menagih soal itu. Jangan sampai dilakukan satu orang, anggota yang lain kena” (sidang Pansus Century 20/1 terkait etika).
Maruarar Sirait, Anggota Pansus Century F-PDIP: “Kalau Anda dengan santai bisa menyebut Presiden SBY, kenapa Anda tidak langsung menyebut nama saya. Sebut saja… Kalau mau konsekuen sebagai fraksi pansus, jangan mengomentari. Ayo, saya bisa saja komentari satu per satu orang kalau mau, tapi saya menahan diri, saya konsekuen.” (Sidang Pansus 21/1, Ruhut vs Ara).
Akbar Faisal, Anggota Pansus Century Fraksi Hanura: "Semua anggota Pansus merasa jengkel pada Ruhut, bukan cuma saya," (Ruhut vs Akbar)

Morenotes02 dari berbagai sumber media online

Rabu, 10 Februari 2010

Yang Terungkap: Gelar Komunikator Politik Terbaik boeat Si Bapak

Yang Terungkap: Gelar Komunikator Politik Terbaik boeat Si Bapak

Yang Terungkap: Silakan Anda Menafsir

Yang Terungkap: Silakan Anda Menafsir

Silakan Anda Menafsir


Berita awal November 09, Obama akan berkunjung ke China pada pertengahan November. Taiwan bergerak cepat melobi negara-negara yang dipandang bisa memasok persenjataan modern ke negara pulau itu. Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Il menegaskan tidak ada pelanggaran HAM di Korut. Di China daratan, gerakan antireformasi China bergerak luas. Kalangan bisnis US menuntut perlunya kebijakan dumping diberlakukan khusus dalam hubungan dagang dengan China. Apa hubungan kelima berita itu? Berita pertama, kunjungan Obama ke China, adalah trigger. Sedangkan, empat berita lainnya adalah penafsiran atas berita tersebut.

Sejak jaman perang sipil melawan CCP, Kaum Nasionalis di bawah pimpinan Chiang Kai-shek memilih mundur ke Taiwan. Dengan dukungan AS, mereka memilih memisahkan diri dari saudara tuanya, RRC. Karena itu, Taiwan merasa tersengat tiap kali ada gejala kedekatan antara US-RRC. Taiwan menafsirkan kunjungan Obama sebagai main mata antara US-RRC. Hal terpenting yang harus diperjuangkan Taiwan adalah eksistensi negara mereka. Tanpa dukungan US, jalan mempertahankan eksistensi itu adalah dengan memperkuat pertahanan negara/angkatan bersenjata.

Korea Utara dan RRC adalah sekutu sekaligus tetangga. Tentara CCP lah yang membantu memukul mundur pasukan sekutu Jenderal Mac Arthur pada PD II yang sebenarnya sudah hampir menguasai seluruh semenanjung Korea. Korut menafsirkan kunjungan Obama, sebagai pendekatan US melalui sekutunya untuk mengintervensi kebijakan pembangunan dan HAM di Korut.

Gerakan antireformasi di RRC digalang oleh kelompok tradisionalis yang beranggapan bahwa sistem politik dan paham yang dianut negara RRC saat ini telah membantu bertumbuhnya China menjadi Negara raksasa di dunia. Kedatangan Obama ditafsirkan sebagai upaya untuk mendukung gerakan reformasi yang digalang sebagian kalangan muda yang menuntut keterbukaan China.

Kalangan bisnis US yang kelimpungan menghadapi serbuan produk China sangat berharap Obama akan mengangkat isu hubungan dagang yang pincang dengan China. Peningkatan impor ke China sebesar 3,5 persen pada kuartal kedua 2009 berbanding terbalik dengan sejumlah larangan terhadap produk made in US yang diberlakukan RRC.
 
Yang terjadi kemudian dalam kunjungan tersebut adalah Obama bertemu dengan calon-calon pemimpin masa depan RRC di Shanghai, sebelum bertemu dengan Hu Jintao, Presiden RRC. Dalam pertemuan dengan Hu, Obama lebih menyoroti masalah HAM, terkait sejumlah kasus yang terjadi di Tibet dan Xinjiang. Topik hubungan dagang juga diangkat dalam pembicaraan Obama-Hu, itu pun tanpa ada tekanan terhadap pemerintahan Hu. Nah, gimana dgn isu lainnya: isu Korut, isu Taiwan, is gerakan reformasi/oba-mao (Zedong)? Mungkin dibicarakan, mungkin juga tidak sama sekali. Tapi semua yang terjadi pasti menyisakan dampak atau pengaruh. So, apakah tafsiran mereka menjadi nyata dalam pembicaraan Hu-Obama bukan sesuatu yang penting.
                                  ****************
Nah, the Komps, pengantar panjang dari situasi yang jauh dari kepentingan Indonesia itu bisa menjadi referensi atas apa yang terjadi di Indonesia. Di era keterbukaan, di alam demokrasi, di masa kebebasan berbicara dan berpendapat, semua orang berhak menafsirkan apa yang sedang menjadi sorotan umum. Ada kebebasan juga untuk mengungkapkan tafsiran atau opini saya dan Anda dalam berbagai bentuk ekspresi, entah karya seni, karya jurnalistik atau pun tulisan popular, hingga demonstrasi. Itu sesuatu yang sehat, dari aspek tertentu.

Dari kasus Century, Patung Obama, ulah supporter bonek Persebaya, cinta Nova, hingga penggunaan kondom, telah menyita perhatian banyak orang. Benar salahnya, penting tidaknya tafsiran atau pendapat bukanlah yang utama. Yang pasti semakin banyak orang yang sadar akan hak berekspresi. Buah dari ekspresi tersebut minimal mendatangkan pembelajaran secara personal.

Yang paling konyol, menurut saya adalah mempersoalkan apakah tafsiran, pendapat, ekspresi itu penting atau tidak. Dan, kepentingan itu diukur dari pandangan bahwa topik tersebut menyentuh intisari persoalan atau tidak...hehehe. Jadi, kalo sibuya jadi topik perbincangan, itu bukan soal penting atau tidaknya, itu soal ekspresi dan pendapat. Penafsiran atas sibuya pun termasuk di dalamnya. Kalau anggota Pansus sibuk mengomentari Ruhut Sitompul yang banyak ngelantur dalam rapat pansus Century, itu bagian dari tafsiran atas fakta tertentu yang ditemukan. Apa yang melatari ulah Ruhut, hanya dia yang tahu. Tapi jika ada yang ingin mendiskusikannya itu bukanlah pembicaraan yang remeh-temeh karena pasti ada titik pembelajaran yang bisa dipetik. Demikian pula kalau ada pendapat atau pembicaraan mengapa Nova meninggal rumah demi cintanya atau mengapa suporter bonek demikian nekat dan kerapkali berulah. Semuanya bagian dari realitas sosial yang menjadi bagian dari fenomena hidup.

Berbicara tentang fenomena, apa yang kita cerap secara kasat mata,secara indrawi, menurut pakar fenomenologi E Husserl, adalah fenomena (pheunomenon). Dari fenomena-fenomena itulah manusia harus menemukan noumenon atau intisari. Sebab itu, kalau memang ada skala perbedaan antara yang remeh-temeh, yang kulit luar, fenomena dengan hal yang penting, pokok, intisari/noumenon, yang harus dipahami adalah tanpa membedah tema pelengkap, kita tidak akan sampai ke poin utama. Tanpa mengupas kulit kita tidak akan sampai pada intisari. Tanpa mendalami fenomena kita tidak akan sampai ke noumenon.

Foto Obamao:“Obamao” From: http://afrocityblog.wordpress.com/2009/06/02/obama-motors-not-much-left-to-tse/

Minggu, 07 Februari 2010

Gelar Komunikator Politik Terbaik boeat Si Bapak

Presiden kita mendapat penghargaan Golden Standard Award untuk kategori Komunikasi Politik lho. Karena itu dia bisa dikatakan telah dianugerahi gelar komunikator politik terbaik di dunia. Senang juga mendengarnya. Namun, rasa senangku kali ini tanpa disertai apresiasi dan kebanggaan berlebihan, apalagi keharuan…hehehe. Why?
Si Bapak kan orang yang pertama kali saya pilih secara langsung sebagai calon Presiden pada 2004. Bukankah waktu itu saya memilih si Bapak karena kekaguman pada aspek-aspek simboliknya – kalau ibu2 mungkin karena faktor fisiknya …hmm.

Sejujurnya, saat itu saya tidak terperangkap oleh apa yang disebut sejumlah orang sebagai politik pencitraan dengan merepresentasikan diri sebagai pihak yang teraniaya, korban politik, suatu melancholic approach.

Sebagai mahasiswa yang mengental dengan lingkungan akademis, saya cukup terbawa oleh pola-pola yang mempararelkan kualitas kepemimpinan dengan standar-standar intelektualitas. Salah satu pengukur adalah kemampuan berbicara yang menarik dalam aspek tertentu. Itu berarti dasar pilihan saya waktu itu adalah kemampuan komunikasi si Bapak yang saya anggap lebih mengagumkan dibandingkan capres lain (ini refleksi post datum). So, bisa dikatakan bahwa saat itu mantan Menkopolkam ini menarik karena kecakapan berorasinya, bagian dari keunggulan komunikasi politik.

Kita bisa membanding-bandingkan kemampuan komunikasi verbal para presiden kita. Presiden Soekarno layak dikedepankan sebagai orator ulung. Daya magis perpaduan pilihan kata, skill komunikator, dan isi pidato yang membakar sangat tepat untuk membangkitkan semangat juang. Ia layak disebut sebagai seorang demagog, factor penting kepemimpinan saat perjuangan merintis kemerdekaan dan periode-periode awal kemerdekaan. Presiden Soeharto lebih mengarahkan perhatian pada komunikasi dialogis dengan public, sekaligus pressure method. Presiden Habiebie, maaf, secara subyektif harus saya katakan lemah pada harmonisasi antara mimic, gesture serta akselerasi dan intonasi penyampaian …hehehe kayak pakar aja. Presiden berikutnya adalah tokoh yang paling saya kagumi, Gus Dur. Walau lisan, isinya cemerlang. Hanya imbasnya bisa ngelantur, apalagi kerap disisipi guyonan khasnya. Maaf, tentang presiden yang satu lagi tak mampu saya deskripsikan karena katanya lebih berkomunikasi secara nonverbal…maaf..af…af.

Nah, si Bapak adalah orang yang menurut saya punya kemampuan berorasi paling menarik. Artikulasi yang jelas, gesture yang berwibawa, kalimat yang runut, mengusai detail – menunjukkan penguasaan materi dan adanya persiapan, dan….suka menyelipkan istilah, kata or frase English. Ditambah pembawaan diri yang terkesan santun, maka lengkaplah sudah unsur-unsur simbolik prasyarat calon pemimpin yang baik.

Kembali ke pertanyaan awal, mengapa saat apa yang menjadi kekaguman awal saya mendapat apresiasi yang lebih luas, level dunia, saya justru hanya sebatas senang?

Pertama, karena saya sudah cukup lama meninggalkan bangku akademik dan menggauli “dunia riil”. Upaya untuk menyelaraskan ilpeng ke tataran praksis akhirnya harus dihadapkan pada kondisi factual, kebutuhan logis, kesempatan, dan tentu saja keuntungan. Pragmatisme jelas lebih berkembang dibanding idealism. Karena itu ada perbedaan pula pada matra komunikasi antara yang simbolik dan riil, antara kesan dan fakta, antara fenomena dan noumenon. Anda juga pasti ingat saat si Bapak mengeluarkan pernyataan bernada ancaman kepada KPK, ia menyatakan KPK sebagai lembaga superbody… powerholder yang luar biasa…hati-hati! Ini kontradiktif dengan janjinya sendiri untuk memprioritaskan pemberantasan korupsi. Dalam dimensi berbeda, dari sisi pragmatis tidak tertutup kemungkinan adanya agenda setting di balik penganugerahan tersebut.

Kedua, semakin lama elemen artificial semakin bisa dipilah dari elemen riil. Seserius apa pun mimiknya saat mengatakan tidak mengenal siapa AA, tokoh politik dan pengusaha yang sering dikonfrontasikan media dengan menteri keuangannya, orang paham bahwa si Bapak sedang mencoba berakrobat kata-kata. Itu contoh kecilnya.

Ketiga, strategi lama yang dipakai terus-menerus bukan saja akan terkesan usang tapi juga kontraproduktif. Desain strategi komunikasi sebagai korban atau target (terror bom, fitnah, aksi-aksi politik) para lawan sudah tidak bertuah lagi. Kesan yang muncul jauh dari simpatik karena si Bapak sekarang dipandang sebagai pribadi yang terlalu melankolis, makin jauh dari criteria pemimpin yang diharapkan.

Keempat, factor pendukung, seperti framing isu, mulai kurang jelas terbaca. Entah karena problem identifikasi ataukah karena sudah dihadapkan dengan oposan yang berlapis-lapis, yang pasti nada-nada intimidatif dan tanpa dukungan bukti yang memadai makin sering terlontar.

Pola scapegoating atau pengkambinghitaman beberapakali ditempuhnya atas nama pencitraan. Kesan yang muncul, si Bapak kurang mampu mengkomunikasikan secara cerdas masalah-masalah urgen yang mengandung konsekuensi pertaruhan jabatan. Imbasnya, orang melihat si Bapak lebih sering lari dari tanggung jawab. Pengumuman kenaikan harga BBM oleh wapres JK, membiarkan Polri dan Kejaksaan dalam sorotan dalam kasus Cicak v Buaya. Ini menjadi alasan kelima.

Alasan keenam, serangan dari berbagai arah di lingkup domestic, bahkan dari mitra koalisi, menjadi fakta konkret belum terjalinnya komunikasi politik yang mendukung, baik pada level politik maupun stakeholder lainnya.

Alasan ketujuh adalah kombinasi antara komplikasi alasan-alasan di atas dan kesimpulan. Berbagai factor di atas di tambah realitas politik tanah air saat ini yang memanas jelas mengganggu konsistensi komunikasi si Bapak. Penampilan tak sesegar dulu – mungkin juga karena factor usia. Kata-kata sering tak terkontrol bahkan beberapa pernyataannya akhir-akhir ini dipandang sebagai tudingan naïf. Ada ketidaksigapannya menghadapi perkembangan isu-isu panas, akibatnya para deputi komunikatornya – dari jajaran partai dan pemerintahan – terkesan mendahului sang bos. Sayangnya, acrobat para deputi sering memperuncing masalah dan menciptakan opini yang semakin negative. Kontroversi seputar aksi Bang Poltak dan isu reshuffle bisa menjadi rujukan.

Pokoknya, dalam banyak hal SBY bukan yang dulu lagi. Maksudku, kemampuan komunikasinya tidak semantap beberapa tahun yang lalu. Karena itu, saya hanya sampai sebatas senang mendengar kabar adanya penghargaan tersebut. Lebih pas , menurutku, jika award itu diberikan pada empat or lima tahun lalu. How about you, frens??

Kamis, 04 Februari 2010

”Aku (Kebo) Memang bukan Manusia”, Curahan Hati Si BuYa

Mimpi apa aku semalam, kok, tiba-tiba dijadikan selebriti sehari. Aku sebenarnya tidak termasuk tokoh sentral pada kerumunan itu. Sejujurnya, aku hanya ikut-ikutan, lebih tepatnya sengaja diikutsertakan. Dalam bahasa dramatis bin hiperbola kalangan media, kehadiranku sebenarnya direkayasa orang-orang tertentu dengan motif yang tidak ku ketahui.

Tapi, kamu pasti melihat kalau justru aku yang lebih banyak mendapat sorotan. Entah karena bobotku yang jauh lebih berat dari yang lain ataukah karena bentukku yang berbeda, mungkin juga karena aku tampil natural n transparan tanpa ada yang ditutup-tutupi, ratusan jepretan foto dan sorotan kamera pada tanggal 28 Januari 2008. Aneh. Setahuku di dunia yang beradab ini riasan adalah unsur penting, bukan pelengkap lho, untuk menjadi fokus perhatian.

Hanya saja, sekarang aku ingat, Man. Ada yang aneh. Semua mereka lebih memilih angle bagian samping dan belakang alias bokongku. Dada dan perutku sih nggak masalah. Lha ini bokongku yang dieksplorasi kamera dan dipublikasikan habis-habisan. Ihh...najis, apa maksudnya? Sayang, saya tidak bisa menuntut kalian atas tindak abusing, pelanggaran etika, apalagi untuk memanfaatkan UU APP.

Btw, menurut analisaku, hehehe, mungkin bukan badan apalagi bokongku per se yang menyebabkan perhatian begitu banyak orang tersita. Seingatku, saat itu ada yang ditempelkan di kedua sisi bokong yang berotot ini dan ada pula tulisan di badanku. Soal tulisan saya nggak mau ambil pusing. Itu kan tulisan namaku. Kalian sebagai ens symbolicum silahkan menafsirkan. Kalian disebut makhluk simbolik kan karena hobinya bermain simbol dan menafsir. Entah itu sebagai game of symbol ataukah sekedar pemaknaannya, nggak ngurus! Entah yang mau ditafsirkan adalah eksistensiku sebagai tanda ataukah atribut yang dilekatkan pada ku sebagai simbol, aku nggak peduli. Apalagi urusan perbedaan tanda dan simbol, tanda yang memiliki arti yang jelas (mis. Rambu-rambu lalin) dan simbol yang menyembunyikan makna, sifat subyektif atau obyektif pemaknaan atas simbol tertentu...hehehe...itu sih tetek bengek yang bikin puyeng kepalaku.

Yang bikin aku tersiksa adalah gambar dibokongku. Pasti kalian lihat ekor ku yang tak berani ku kibas-kibaskan. Kalau itu maknanya jelas = tanda bahwa aku lagi cemas plus takut. Itu pasti. Dikerubungi begitu banyak makhluk asing, diseret ke sana-kemari, tak ada rumput, air, dan lumpur, wah..wah..wah..pengalaman yang mengerikan. Lagi pula, gambar itu menutupi diriku. Aku nggak suka menutup-nutupi diri dengan alasan atau motif apa pun. Itu namanya pelecehan terhadap hak kebinatanganku. Selain itu, bokongku adalah tempat sobat-sobitku lalat n beberapa jenis serangga lain mencari makan. Mereka lah yang membantuku membersihkan sisa-sisa kotoran yang melekat di area tersebut. Makanya wilayah tersebut terlihat beda warnanya, terkesan lebih bersih cemerlang n kinclong kan...hahaha. Menutupi bokongku menyebabkan terganggunya simbiosis mutualisma yang terjalin antara saya dengan serangga-serangga itu. Mereka pasti menderita karena kehilangan sumber makanan.

Tapi, soal itu pasti tidak masuk dalam kerangka pemikiran kalian. Kalian kan punya standar nilai dan alur berpikir logis yang menjadikan kalian Yang Ada, Yang Beradab (ens morale, homo ethikos), beda dengan kami dari golongan binatang. Karena itu pula kami tidak memiliki hak dan martabat. Saya tahunya sekedar mengikuti ke mana empuku menggiring. Ikut menandakan kejinakan saya, kalau mau lebai silahkan artikan mengikuti sebagai tanda kesetiaan saya. Itu yang membedakan saya dengan saudara-saudara tuaku banteng dan bison yang susah dipegang dan hobinya sruduk sana sruduk sini alias liar. Sayangnya kejinakan saya kurang dihargai kalian dan diumpamakan secara peyoratif: bak kerbau dicocok hidungnya! Apa itu bisa disamakan dengan bodoh dan kurang berwawasan? Entahlah, kalian yang membuat perbandingan dan kalian juga yang harus memaknainya. Kalau aku sih beranggapan kelompok kami (kebo) tidak bodoh-bodoh amat. Minimal tidak seperti katak di bawah tempurung lah.

Oh iya, dengar-dengar, ada yang tersinggung dengan kehadiranku di kerumunan itu. Dia nggak suka disamakan dengan golongan kami, entah karena namaku mirip namanya atau karena fotonya ditempelkan di bokongku.

Pertama, perlu saya klarifikasi ya (laik selebriti yang jadi korban gosip infotainment), merujuk pada istilah umum di atas (kerbau dicocok hidung), sudah jelas bahwa saya tidak bersalah. Faktanya, ada tali yang melilitiku. Dan, saya benar-benar diseret ke sana ke mari, tanpa tahu untuk apa dan untuk kepentingan siapa. Kalian menyaksikannya bukan? So, please, jangan libatkan aku dalam masalah yang jauh dari domain saya. Kedua, nah, aku akan coba deh utk masuk dalam cara berpikir dan bertindak kalian yang katanya tidak hanya berlandaskan abstraksi logis tetapi selalu merujuk pada standar nilai kemanusiaan. Kalau namamu, Man, dimiripmiripkan dengan namaku, senang nggak? Kalau aku, Si BuYa, dipersonifikasikan, meminjam bahasanya Mas Tukul, Sorry ya, nggak level!. Yang berikut, kalau fotomu, whoever you are, dipasang di bokongku, kamu bangga atau merasa dihina sih? Silahkan memaknainya sendiri-sendiri dan nggak perlu lagi berdebat soal simbol, tanda, representasi, etc.

Sebenarnya aku tak silau man dengan menjadi primadona. Jujur saja, aku lebih suka berendam sejam di kubangan lumpur daripada jadi pusat perhatian. Persis di situlah bedanya aku dengan kalian, si kaki dua, maaf, begitu aku biasa memanggil kalian yang sejenis dengan empuku...hehehe.... Lebih lagi, aku nggak pernah bangga bila memancing kontroversi. Sori ya, aku nggak benar-benar nggak butuh butuh kontroversi untuk menjadi terkenal...hehehe. Biarkan aku tetap berlumur lumpur di tengah sawah karena setelah itu saya akan menjadi raja sementara: diberi makan dan dimandikan. Biarkan aku tetap bisa mengibas-ngibaskan ekor sambil menikmati hidangan rumput karena dengan itu saya bisa bermain-main dengan lalat sekaligus menjaga kebersihan area sensitifku...hehehe.

Akhir kata, ini bukan pembelaan diri, Man! Kalau kalian, si kaki dua, terlalu sering mengucapkan kalimat self-defense bertuah, ”Aku or Si Anu juga Manusia”, aku sih nggak butuh kata-kata apologi seperti itu. Karena di atas semuanya, jujur aku katakan: “Aku memang bukan manusia”.

Jumat, 29 Januari 2010

From Pilpres to FTA, , Kalkulasi sementara setelah 7 Ronde: Benar-Benar Bonyok

"Always in trouble!" Mungkin itu kondisi yang sedang dan akan terus dialami SBY sejak memenangkan Pilpres 2009 lalu. Kasus demi kasus terus menggerogoti periode ke-2 kepemimpinannya ini. Apakah gak ada yg benar dg si presiden, yang sering disebut Ruhut Sitompul Presiden Paling Santun...hmm. Dengan gejolak yg terus merecoki pemerintahannya, mungkin oleh pihak seberang SBY akan disebut The Troublemaker.

Sejak pilpres, para lawan politiknya telah melontarkan berbagai serangan awal. SBY n Demokrat dianggap melakukan sejumlah kecurangan, seperti masalah DPT, termasuk dengan adanya indikasi pendekatan khusus terhadap KPU. Itu baru serangan awal. Kasus Century mulai menyeruak kepermukaan pada awal agustus 2009. Daya rusak yang dimiliki isu tersebut sangat potensial untuk menjatuhkan pemerintahan. "Untunglah" saat itu liputan Lebaran, pemberantasan teroris, dan bencana gempa mampu meredupkan potensi awal kasus Century.

Serangan berikut yang menjadi target sebenarnya adalah kabinet baru. Apa dinyana, muncul sejumlah simptom n fakta adanya upaya sistematis penggerogotan institusi KPK. Ujungnya adalah kasus KPK v Polri yang lebih dikenal dengan istilah Cicak v Buaya. Penahanan dua petinggi KPK, Bibit n Chandra memantik reaksi besar-besaran di kalangan kelas menengah, yang berujung pada simpati publik umum lainnya. Cidera pemerintahan SBY semakin besar dengan propaganda terkait lamban dan ketidaktegasan si presiden menyelesaikan kasus ini. Bahkan, isu yang berhembus kemudian adalah apa yang dilakukan Polri sebenarnya mewakili kepentingan rezim pemerintahan dan lembaga tinggi negara yang sudah lama merasa terganggu dengan sepak terjang lembaga pembasmi koruptor ini. Kasus cicak v buaya bahkan menenggalamkan gaung pencitraan yang ingin diangkat SBY melalui Rembug Nasional akhir Oktober 2009 lalu. National Summit, yang digadang-gadangkan sebagai roadmap program pembangunan nasional yang terintegrasi dan melibatkan seluruh stakeholders, ternyata hanya mendapatkan liputan sederhana. Indera jutaan publik lebih lekat pada isu pengeroposan tulang punggung pemberantasan korupsi (KPK).

Di sela-sela kasus ini, kembali mencuat isu kabinet baru bentukan SBY, KIB Jilid II. Kabinet ini dinilai sarat bargain politik, kurang mengakomodasi kriteria keahlian, kompetensi, dan kapabilitas. Tak lupa diselipkan pula serangan yg telah dibangun sejak masa kampanye pilpres lalu. Sejumlah figur menteri disebut sebagai agen neolib, semakin menguatkan kampanye citra SBY sebagai pendukung neoliberalisme (entah yg berteriak ngerti artinya neolib atau gk. Yg sering disuarakan mahasiswa lebih sebagai konsep Liberalisme hehehe). Serangan baru sudah disiapkan. Sejumlah elemen sipil menyatakan siap mengawal program 100 hari SBY=Boed. Sudah pasti ada celah yg bisa menjadi jalur bogem perusak citra SBY.

Kasus Cicak v Buaya usai, kasus Century siap menggeliat. Kali ini serangan benar-benar mengarah ke urat saraf pemerintah. Goncangan yang dihasilkan luar biasa dasyat dalam pengamatan seorang pemilik warteg di sebelah gedung Krama Yudha, Warung Buncit. Gk usah terlalu banyak menganalisa. menurut si bapak, wajah, penampilan, dan gaya bicara Pak Beye, Pak Boed, n Mbak Ani sudah beda banget. Simpel tapi akurat. Itu artinya ketegaran mereka benar-benar mengalami goncangan. Jangan lagi terlalu berharap mereka bisa konsen dengan berbagai agenda pemerintahan yg lain.

Dua arena sedang dipakai untuk menggebuk. DPR terus berakrobat mengimplementasikan Game Theory di arena riil. Adegan postitioning dan situational bargaining terajut bersama ketidakjelasan arah. Tak lupa pula aksi hiburan spontan ditampilkan. Sementara itu, KPK terkesan lebih serius, tertutup, tanpa banyak sensasi mencoba terus menguliti kasus Century. Temuan-temuan yang ditampilkan media semakin menempatkan pemerintah dalam posisi tersudut.

Penyelidikan kasus Century masih menggelinding, 100 hari pertama pemerintahan telah usai. Demo besar pun dilakukan 28 Januari kemarin. Sejumlah ormas dan NGO menyoroti kinerja rezim SBY-Boed dg sejumlah catatan negatif, sesuai dg bidang masing-masing. Alhasil rapor umum yg diperoleh SBY-Boed dalam program yg mengadopsi cara FD Roosevelt ini adalah merah or negatif.

Guys, kinerja 100 hari bukan isu terakhir. Amunisi serangan baru telah diisi dan mulai dilontarkan perlahan-lahan. Free Trade Area (FTA) ASEAN-China adalah isu terbaru. Reaksi negatif dari kalompok usaha/industri kecil & menengah yang terancam gulung tikar dan dari kelompok buruh yang berpotensi kehilangan pekerjaan menjadikan isu ini lebih riil dan menyentuh kepentingan rakyat jelata. Titik impas serangan terhadap program 100 hari pemerintah akan segera berakhir. Namun FTA akan menjadi agenda baru untuk menggerogoti kekuasaan BY.

Fren, FTA bukanlah senjata pamungkas. Kasus DPT/KPU/Pilpres, KPK-Polri/Cicak v Buaya, Kabinet Neolib, Century, Program 100 Hari, hingga FTA adalah a series of issues yang merupakan serangan bergelombang kepada SBY dan jajarannya.
Masih akan ada isu-isu baru yang relevan yang akan dipakai untuk menciderai citra SBY. Jika tiap isu dihitung sebagai satu ronde, maka hingga kini pertandingan ini telah berlangsung tujuh ronde (tambahan perburuan teroris - ronde dua). Cuma ronde kedua yang dimenangkan SBY. Ronde pertama (kasus Pilpres)praktis bisa dikatakan berakhir seri karena berbuah cidera awal. Ronde lainnya dimenangkan kelompok lawan. Maka, jika ini adalah pertandingan tinju...hehehe...SBY dkk so pasti sudah benar-benar bonyok. Dua-tiga ronde dengan berondongan serangan serupa sudah bisa dipastikan SBY bisa di-KO.Bisa juga kalah TKO jika dia berinisiatif mundur. Kalau ini pertandingan tinju, pemerintahan SBY bisa dipastikan sudah akan rontok sebelum 2010 berakhir. Hahaha...tapi ini bukan pertandingan tinju. Analogi itu mungkin kurang sepadan untuk ditempatkan dalam konteks politik. Dia adalah pemimpin pemerintahan, presiden yang dipilih oleh puluhan juta rakyat, jauh lebih besar dari pasangan capres lainnya.

Di sinilah smart-nya kalangan lawan.Ladang pembantaian itu tidak perlu melibatkan rakyat. Serial isu yang diangkat semakin lama semakin meredupkan pamor SBY. Citra positifnya perlahan-lahan terkikis oleh keraguan, bahkan ketidakpercayaan dari kalangan pemilihnya sendiri. Akhirnya, yang terjadi adalah rakyat melegitimasi gerakan politik-legal yang sedang terjadi. Dan itu artinya, yaaaaaa, kekuasaan SBY memang bisa benar-benar jatuh pada tahun ini.


***************************************



Tambahan ASAA...L

Melihat sikon saat ini, fren, menurutku, revolt is not a wise option. Cara ini makan ongkos politik n ekonomi, dan berisiko tidak terprediksikannya akhir dari situasi chaos. Saat ini semua pihak bisa menjadi satu karena disatukan agenda politik yg sama. Bahkan AS dan Uni SOviet pun bisa bersatu menggempur Jerman/Hitler pada PD II meski dengan kepentingan politik berbeda. Namun, saat tujuan awal telah selesai,jika itu bisa tercapai, akankan terjadi "pembagian jatah yang memuaskan?" Hahaha,,, saya ragu. Ambisi masing-masing pihak masih sangat laten. Apalagi, dari sisi karakter dan integritas personal, sisi positif yang dimiliki SBY, Boediono, dan Sri Mulyani masih di atas rata-rata aktivis dan sejumlah penggiat politik. Saya salut pada perjuangan, tekad, dan keberanian mereka. Btw, saya bukanlah orang yang menghargai karakter dan integritas personal mereka. Maafffff, menurutku skala kesempurnaan orang-orang itu justru minus. Kecuali kalo Pak Bibit Samad Rianto yang diangkat jadi Presiden....hahaha... SETOEJOE NGGAK FREN