Rabu, 21 Oktober 2009

Komposisi Menteri & Kesejahteraan Masyarakat

Headline media cetak terpusat pada acara pelantikan presiden-wapres kemarin (20/10) beserta sejumlah analisa mengenai masa depan, tantangan & peluang pemerintahan baru ke depan. Dua rujukan yang paling banyak digunakan pengamat untuk memprediksi era ke-2 kepemimpinan SBY adalah berbagai hal yang terjadi pada pemerintahan SBY sebelumnya dan kemungkinan komposisi menteri.

Terkait rujukan pertama, sorotan diarahkan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan ini tidak diukur berdasarkan parameter makro ekonomi, melainkan berdasarkan kualitas hidup riil masyarakat. Karena itu, para pengamat merekomendasikan pemerintah mendatang untuk berorientasi dan fokus pada pertumbuhan sektor riil. Masalah yang potensial menghadang pertumbuhan tersebut adalah kenaikan harga minyak mentah dunia yang bisa berdampak pada kenaikan harga BBM.

Aspek tinjauan kedua adalah komposisi menteri. Sebagian besar pengamat menunjukkan ungkapan pesimistis berdasarkan prediksi kursi kabinet baru SBY-Boediono. Sejumlah jabatan yang dipegang oleh orang-orang dekat SBY yang tidak memiliki kompetensi di bidang tersebut memunculkan prediksi bahwa program 100 hari dan program jangka pendek kementerian tidak akan terwujud. Para menteri terkait diramalkan masih perlu menggunakan periode awal untuk mempelajari bidang tugas baru yang harus diemban dan mengidentifikasi peluang dan tantangan yang ada.

Alasan lain adalah karena banyaknya muka baru. Seandainya 50 persen anggota kabinet mendatang adalah para deputinya pada 2004-2009 maka kontinuitas dan percepatan pelaksanaan program lebih mudah digaransi. Selain itu, SBY pun dianggap terlalu mengakomodir kepentingan parpol yang berakibat pada penempatan orang yang kurang tepat pada posisi tertentu.