Kamis, 12 November 2009

Ada Skenario di balik Penahanan Pimpinan KPK dan Polemik Divestasi Saham Newmont

KPK v Polri
Media umum nasional masih mengangkat topik sentral kemarin (11/11), yakni kesaksian Wiliardi Wizard terkait kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen yang menghadirkan Antasari Azhar, mantan Ketua KPK, sebagai tersangka. Kesaksian mantan Kapolresta Jakarta Selatan itu tak pelak membuka babak baru perseteruan KPK – Polri. Yang pasti, posisi Polri semakin tersudut dengan bertambahnya dugaan kuat rekayasa untuk melemahkan KPK. Dua tanggapan utama yang menjadi sorotan media terkait kesaksian Wiliardi berasal dari Kapolri dan Adnan Buyung Nasution, Ketua Tim 8. Kapolri mengakui bahwa Polri sedang berada dalam tekanan besar masyarakat. Namun, proses hukum tetap dilanjutkan dan akan menjadi medan pembuktian pihak mana yang benar.

Di sisi lain, Adnan Buyung menyatakan keprihatiannya atas semakin kusutnya upaya penegakan hukum di negara ini. Karena kebobrokan itu ditengarai berawal dari lembaga-lembaga penegak hukum sendiri, Buyung mendesak Presiden untuk segera menunjukkan itikad baik dengan mereformasi lembaga-lembaga yang berada di bawahnya. Akankah Presiden bereaksi terhadap teriakan anggota dewan penasihatnya yang mendapat porsi terbesar headline media hari ini? Media pasti menantikan hal itu. Yang pasti, dengan adanya pengakuan Wiliardi, kisruh ini masih akan berlangsung lama dan belum ada kejelasan di mana ujungnya.


Ada Kepentingan Siapa di balik saham Newmont Nusa Tenggara?
Sementara itu, harian khusus ekonomi lebih menyoroti kasus pengunduran diri PT Aneka Tambang dari posisi sebagai pembeli saham divestasi PT Newmont Nusa Tenggara. Alasan yang dikemukakan manajemen adalah karena jatah saham yang dapat dibeli Antam terlalu sedikit sehingga tidak memiliki nilai komersial. Antam, yang notabene wakil pemerintah pusat, memperoleh pembagian jatah yang sama dengan PT Multicapital (anak perusahaan Grup Bakrie) sebenarnya hanyalah mitra yang digandeng pemerintah daerah di NTB.

Hal ini sebenarnya merupakan kisruh lanjutan pra-penunjukan yang melibatkan dua kepentingan bisnis (BUMN dan swasta) dan dua kepentingan pemerintah (pusat dan daerah). Kisruh tersebut bahkan menimbulkan isu adanya polemik di antara dua menteri terkait saham NNT itu, yakni Menteri Keuangan dan Menteri ESDM. Adanya polemik tersebut ditengarai menjadi penyebab berlarut-larutnya penetapan calon pembeli hingga pergantian menteri. Potensi berlanjutnya polemik ini masih kuat mengingat Meneg BUMN Mustafa Abubakar telah mengeluarkan pernyataan yang berbeda dengan pernyataan petinggi Antam. Mengingat statusnya sebagai BUMN, Antam berada dalam posisi yang lebih lemah. Akankah, media mengungkap adanya skenario untuk kepentingan bisnis tertentu di balik kasus ini?