Senin, 15 Februari 2010

Ulah Ruhut Sitompul di Mata Mereka


Di Pansus Century, anggota Fraksi Demokrat kelahiran Medan 24 Maret 1954 ini dipandang sebagai “bintang”, sebuah kebintangan yang didapatkan karena lasim menciptakan kontroversi. Serangan verbal terhadap lawan, pernyataan provokatif, kata-kata profan hingga yang berbau rasial kerap terlontar dari mulut Ruhut Sitompul. Nada bicara Si Abang Poltak yang biasanya tinggi dan terkesan pongah, ditambah sikap ngototnya menjadi kekhasan yang acapkali membawanya berada dalam sorotan. Kecaman dan pembelaan muncul dari sejumlah tokoh. Berikut adalah komentar sejumlah tokoh terkait “ulah” Ruhut Sitompol.
Akbar Faisal, Anggota Pansus Century Fraksi Hanura: "Saya luar biasa merasa terganggunya. Awalnya, kita diam saja tapi tidak ada perubahan… Saya mempertanyakan apa fungsi dia di sini. Saya tidak melihat ada perubahan gaya dan tidak ada upaya untuk menegur yang bersangkutan oleh fraksinya. Dia hanya merusak suasana… Tapi biarlah dia mempermalukan diri sendiri, cuma kok enggak malu-malu!”
Amir Syamsuddin, Sekjen DPP PD: Kadang-kadang perilaku teman koalisi, koalisi, maupun di luar koalisi di dalam pansus angket memang bisa memicu kejengkelan. Mereka berbuta hati dengan data awal, ingin mengadili dan membawa ukuran sekarang untuk menguji kebijakan yang diuji 2008. Wajar bagi beberapa rekan yang dengan cara sendiri bereaksi. Dan Ruhut, style-nya kan memang begitu."
Ganjar Pranowo, Anggota Pansus Century F-PDIP: "Sangat, sudah sangat terganggu. Interupsi itu halal, tapi interupsi untuk melempengkan substansi bukan mengumpat atau berceramah,"
Ahmad Mubarok, Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat: "Aspirasi pemecatan Ruhut tetap kami tampung, tetapi dukungan masyarakat agar Partai Demokrat mempertahankan Ruhut dalam keanggotaan partai juga terus mengalir,"
Andi Rahmat, Anggota Pansus Century F-PKS: "Saya melihatnya sebagai hiburan saja di Pansus. Namun, sesuai tata tertib, pimpinan rapat seharusnya bisa bersikap jika tindakan anggota sudah mengganggu!”
Arbi Sanit, Pengamat Politik UI: "Partai maupun fraksi harus bisa memberikan penekanan bagaimana kader-kadernya beretika. Kita sudah lihat seringkali terjadi. DPR itu lembaga demokratis. Kalau yang diperlihatkan cara-cara keras seperti itu, di mana demokratisnya?... Seharusnya diproses di komisi etik. Lihat juga kode etik DPR, ada tidak yang mengatur tentang anggotanya yang seperti itu!"
Benny K Harman, Anggota Pansus Century F-PD: "Itu hal yang biasa. Biarlah publik yang menilai. Saya tidak melihat itu sebagai hal yang aneh!"
Mahfud MD, Ketua MK: “Badan Kehormatan DPR yang bisa menjelaskan itu kalau memang ada pengaduan. Saya kira Anda (wartawan) juga bisa mengadukannya sebagai orang yang diwakili… Saya sendiri kasus Ruhut ini tidak tahu sampai sejauhmana karena itu (perbuatan) itu bisa saja dinilai sebagai hal yang biasa karena emosi,” (terkait Ruhut vs Gayus).
Gayus Lumbuun, Wakil Ketua Pansus Century F-PDIP: “Sulitlah jika menghadapi pemain sinetron. Nanti, dia bilang 'Daa, terima kasih pimpinan'… Saya legowo saja karena sore itu saya memimpin pemeriksaan. Tapi jika saya menjadi anggota, dan melihat pimpinan Pansus diperlakukan seperti itu, saya akan protes keras…”
Azyumardi Azra, Ketua Presidium ICMI: "Kita tahulah track record Ruhut. Dia suka memberikan pernyataan yang bombastis. Bukannya menyelesaikan masalah, malah menimbulkan masalah baru.. Saya kira pernyataan dia tidak perlu ditanggapi serius, apalagi dia tidak berani sebut nama karena juga nanti dia bisa digugat…Pernyataan seperti itu dari seorang Ruhut saya kira harus dikurangi. Kalau tidak, maka nanti malah menimbulkan ekses-ekses yang tidak perlu,"
Anas Urbaningrum, Ketua F-PD: Kejadian itu bagian dari dinamika pansus. Memang agak panas. Tetapi jelas itu bukan skenario untuk mengganggu…Soal gaya Bang Ruhut, barangkali intonasinya saja yang perlu disesuaikan. Tetapi jangan juga hal ini hanya dilihat dari satu sisi saja. Mesti juga mempertimbangkan konteks aksi dan reaksi atau reaksi dan reaksi lanjutan. Kalau semua pihak konsisten agenda, tema, jatah waktu dan fokus materi bahasan, serta semangat yang konstruktif, kami optimis suasana akan sangat kondusif” (terkait debat Ruhut vs Gayus).
Bambang Soesatyo, Anggota Pansus Century F-PG: "Fraksi Partai Golkar akan mengusulkan ke Fraksi Demokrat untuk meninjau keberadaan Saudara Ruhut di pansus. Akan dibahas dalam rapat internal malam nanti dan akan kami sampaikan melalui rapat internal itu… Tegas saya katakan, sejak lama fraksi Golkar juga tersinggung dengan perbuatan saudara Ruhut Sitompul karena dia menuding Sekjen kami sebagai Ketua Pansus (Idrus Marham). Dia pernah mengatakan menyesal memilih Pak Idrus sebagai ketua. Saya katakan juga, FPG juga menyesal dipilh saudara Ruhut…" (terkait usulan pencopotan Ruhut dari Anggota Pansus).
Hadi Utomo, Ketua Umum DPP PD: "Pak Ruhut masih dalam batas yang biasa dan wajar. Mungkin ia punya cara yang dianggap berbeda, namun ia melakukanya untuk kebaikan masyarakat dan bangsa Indonesia,"
Fachri Hamzah, Wakil Sekjen PKS, Anggota Pansus Century: "Kalau tanya ke Ruhut, tanya ke kuncir sama antingnya, harganya berapa. Jangan tanya ke otaknya…Ya pokoknya seperti itulah. Dia (Ruhut) enggak pernah baca koran, baca peraturan, jadi enggak tahu soal pemakzulan…” (terkait serangan personal Ruhut terhadap Anis Matta dan PKS).
Anas Urbaningrum, Ketua F-PD: Kalau bukan ngaco mungkin Bang Ruhut sedang berkelakar. Entah berkelakar atau karena sedang ngawur. Itu pasti tidak benar…Justru Demokrat ingin koalisi utuh dan solid. Kalau tidak bisa kompak memang Presiden berhak melakukan evaluasi, bahkan reshuffle. Jadi, Demokrat tidak mendorong reshuffle, reshuflle adalah hak preogratif Presiden," (terkait isu reshuffle dan kelayakan Anas sebagai menteri).
Alwi Rahman, Budayawan Sulsel: Ruhut harusnya paham bagaimana menyapa orang dari setiap kaum atau etnis tertentu. Pasalnya pemanggilan daeng itu bermakna baik asal dilakukan dengan cara yang baik pula. Bukan dengan nada meremehkan. Panggilan itu rasis kalau nadanya meremehkan, orang rasis tidak bisa jadi wakil rakyat” (terkait panggilan Daeng terhadap JK).
Andi Rahmat, Anggota Pansus Century F-PKS: “Kali ini saya tersinggung dengan Anda, Saudara Ruhut. Saya orang Bugis dan berulang kali Anda memanggil Pak JK dengan daeng. Tolong hindari penggunaan identitas budaya dalam ruangan pansus ini,"
Tjahjo Kumolo, Ketua F-PDIP: "Itu juga merupakan penghinaan kepada Fraksi PDIP. Oleh karena itu, Fraksi PDIP akan meminta klarifikasi resmi dari Fraksi Demokrat terkait ucapan tersebut. Tapi ucapan '** SENSOR **' jelas menghina PDIP sebagai partai politik, karena Gayus adalah wakil resmi PDIP di pansus, serta anggota resmi PDIP," (terkait Ruhut vs Gayus).
Agus Hermanto, Anggota F-PD: “ Tidak ada perpecahan dalam internal partai Demokrat, pak Ruhut dan Anas tetap kompak, nggak ada benturan keduanya" (isu konflik Ruhut-Anas).
Akbar Faisal, Anggota Pansus Century dari Fraksi Partai Hanura: "Pak ketua kita ditonton banyak orang. Kita dituntut soal etika, maka kita menagih soal itu. Jangan sampai dilakukan satu orang, anggota yang lain kena” (sidang Pansus Century 20/1 terkait etika).
Maruarar Sirait, Anggota Pansus Century F-PDIP: “Kalau Anda dengan santai bisa menyebut Presiden SBY, kenapa Anda tidak langsung menyebut nama saya. Sebut saja… Kalau mau konsekuen sebagai fraksi pansus, jangan mengomentari. Ayo, saya bisa saja komentari satu per satu orang kalau mau, tapi saya menahan diri, saya konsekuen.” (Sidang Pansus 21/1, Ruhut vs Ara).
Akbar Faisal, Anggota Pansus Century Fraksi Hanura: "Semua anggota Pansus merasa jengkel pada Ruhut, bukan cuma saya," (Ruhut vs Akbar)

Morenotes02 dari berbagai sumber media online