Kamis, 17 Juni 2010

“Senjata Rahasia Korea Utara”

kwangmyongsong.tumblr.com

Setelah pertandingan Portugal vs Pantai Gading berkesudahan dengan skor 1-1, komentator siaran berbahasa Inggris sempat beropini, hasil pertandingan kedua kesebelasan itu vs Korut yang akan menentukan tim negara mana yang akan lolos ke perdelapan final. Anda tentu marfum dengan maksud sang komentator, bukan! Brazil adalah raja grup maut tersebut. Sementara Portugal dan Pantai Gading memiliki peluang yang sama untuk menjadi nomor 2. Upaya kedua negara itu untuk mencetak gol sebanyak-banyaknya ke gawang Korut akan menjadi penentu tim mana yang akan mendampingi Brazil. Simple-nya, maksud sang komentator adalah Korut akan menjadi lumbung gol bagi tim-tim lain yang berupaya lolos dari grup maut ini.

Saya cukup terbawa oleh argumentasi tersebut. Saat menyeduh kopi buat begadang, yang ada di kepalaku adalah menantikan tarian samba bintang-bintang Brazil. Nama-nama seperti Kaka, Robinho, Fabiano hingga Maicon & Alves adalah jaminan mutu. Begadang rasa-rasanya tidak akan sia-sia bila yang akan tampil adalah figur-figur berteknik tinggi.

Korut??? Hehehe...tim ini sama sekali gak ada dalam imajinasiku, selain sebagai calon korban Lucio cs. Orang Eropa dan Amerika pasti berpendapat sama karena melihat Asia sebagai negara dunia ke-3 di jagad sepakbola. Apalagi, siapa sih pemain yang diharapkan dapat menciptakan sensasi di Afsel. Kalaupun mereka bertarung habis-habisan, mungkin itu karena adanya tekanan pemerintah otoriter komunis. Yeah, kira-kira seperti isu adanya ancaman khusus dari Il Duce Mussolini terhadap Giuseppe Meazza cs yang ”memaksa” mereka bertempur habis-habisan untuk menghadiahi sang tiran dengan Piala Dunia dua kali secara berurutan (1934 & 1938). Apalah artinya Timnas Korut di hadapan para pelakon jogo bonito. Menutup diri selama berbulan-bulan, menjaga kerahasiaan teknik & taktik latihan tidak menjadi jaminan sekumpulan pemain amatir Korut mampu melakukan mukjizat di Afsel. Selubung misteri yang menabiri kekuatan mereka sama sekali tidak ku pandang sebagai ancaman tersembunyi...Sekali lagi, yang ada di kepalaku hanyalah...itu hanyalah sekelompok manusia inferior yang mengalami dehumanisasi di bawah rezim diktator, yang mungkin akan berjuang habis-habisan agar tidak dihabisi.

Statement pelatih Korut, Kim Jong-Hun, tentang senjata rahasia yang disiapkan timnya guna menandingi 5x juara World Cup memang sudah ku tonton dalam siaran TV. But, itu tak mengundang perhatian khusus. Mirip para pengamat yang pandai, yang seakan-akan sudah mendapat bocoran langsung dari sang pelatih tentang apa senjata rahasia dimaksud, saya juga berpikir paling-paling taktik misterius itu adalah permainan ultra-defensif yang memang acapkali menyulitkan para penari Brazil dan kerap diterapkan tim lawan. Intinya, secara teknik-taktik, individu-tim, Korut jelas kalah kelas dibanding para sekumpulan maestro bola di tim Kuning-Hijau.

Pertandingan yang dinantikan pun tiba. Dan, 25 menit pertama yang mencengangkan membuatku, mungkin juga penonton lain, sadar apa sebenarnya senjata rahasia dimaksud. Pertandingan berjalan relatif imbang. Tak ada keraguan sedikit pun yang ditunjukkan Jong Tae Se dkk untuk meladeni aksi Brazil. Bisa jadi, yang terkejut dengan penampilan Korut bukan hanya penonton tapi juga lawannya, si peringkat satu dunia. Sepanjang babak I, Brazil praktis tak mampu mengeksploitasi kelebihan teknis pemain dan teamwork mereka. Alhasil, peluang matang jarang tersaji. Padahal, yang menjadi lawan mereka adalah partisipan dengan peringkat terendah, peringkat 106 dunia. Ya, mutatis mutandis, bak Lewis Hamilton bertarung melawan Rio Haryanto, hehehe.

Guys, saya sama sekali tidak melihat adanya gambaran ultra-defensif Korut yang didengungdengungkan para pengamat. Walau kemudian mereka dipaksa bertahan, itu bukanlah penerapan strategi taktis. Keunggulan teknik dan taktik tim Brazil lah yang memaksa mereka secara naluriah perlu bertahan. Tidak ada penumpukan pemain secara berlebihan.

Korut pun tidak menunjukkan permainan di bawah tekanan. Kepercayaan diri yang terpancar dari wajah para pemain, semangat juang yang tak kenal lelah menjadi mesin diesel yang terus memacu kekurangan teknis individual. Mereka menunjukkan jatidiri permainan sebagai hakekat manusia sebagai homo ludens. Ada hiburan, adalah perjuangan hingga akhir, ada senyum, ada emosi.

Dan, di atas semuanya, hanya satu pertanyaan penutup untuk Anda semua, guys, adakah yang sempat menyaksikan salah satu pemain Korut melakukan diving atau bertindak lebay layaknya pemain-pemain pro zaman sekarang? Saya jamin, hal itu tidak ada sepanjang pertandingan kemarin. Bro, mereka lebih profesional dari para pemain pro bergaji mahal. Jika para pemain Inggris dipandang sebagai para gentleman yang paling fair menjunjung sportivitas sepakbola, yang ditunjukkan Mun In-Guk dkk jauh di atas kelas fairplay ala Lampard & Terry yang sudah mulai terjangkit demam diving. So, Senjata rahasia Korut adalah mengembalikan sepakbola ke spirit awalnya, eksplorasi olah tubuh yang dipadukan dengan kemampuan akali memahami dan mengelolah taktik, suatu olahraga yang sportif sekaligus menyehatkan, perjuangan yang fair, persaingan yang mempersatukan, tak masalah siapa lawanmu. Prinsip itulah yang dipegang oleh Korut. Alhasil, mereka tidak tampak seperti Italia yang sudah dipastikan menerapkan strategi ultra-defensif setiap kali bertemu Brazil. Akhirnya, penampilan Korut layak ditunggu....