Senin, 02 November 2009

Reaksi atas Penahanan Bibit-Chandra, SBY Perlu Turun Tangan

Headline Media 02 November 09

Penahanan dua petinggi nonaktif KPK, Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah, masih menjadi kabar terpenting yang disajikan media cetak hari ini. Kali ini dengan jumlah liputan yang jauh lebih besar dibandingkan ketika pertama kali dilansir pada Jumat (30/10). Sorotan hari ini lebih banyak terarah pada pemanggilan empat figur nasional oleh Presiden SBY. Mereka adalah Komaruddin Hidayat, Hikmahanto Juwana, Anies Baswedan, dan Teten Masduki. Tiga poin usulan yang disampaikan mereka adalah gelar perkara kasus Bibit-Chandra yang melibatkan para pakar independen dan dilangsungkan tertutup, membentuk tim pencari fakta, dan proses hukum yang transparan atas semua yang terlibat.

Hal yang khas dan menyolok dari sajian headline media terkait tema ini adalah begitu banyaknya opinion leader (OL) yang angkat bicara. Peningkatan jumlah OL dan keanekaragaman latar belakang OL menunjukkan bahwa tema ini telah menjadi wacana umum. Lebih khusus lagi, melihat kebanyakan OL justru memberikan sentimen negatif terhadap Polri maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar lapisan masyarakat turut prihatin atas penahanan dua petinggi nonaktif KPK itu. Demo besar yang direncanakan dilangsungkan di beberapa titik di Ibukota dan respons pemerintah dipastikan akan menjadi sajian utama besok. Selain itu, tanggapan SBY dan timnya atas usulan empat tokoh tersebut akan ikut menjadi sorotan.

Presiden sendiri belum menunjukkan tanda-tanda akan turun tangan menyelesaikan konflik antara dua lembaga Negara itu. Hal ini tak urung menimbulkan reaksi sejumlah tokoh nasional. Benar bahwa proses hukum tidak dapat diintervensi kekuasaan tertinggi pemerintahan sekalipun. Namun, masyarakat marfum bahwa ada masalah persaingan antarlembaga negara di balik polemik yang telah berlangsung cukup lama. Sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan Presiden memiliki kuasa untuk menyelesaikan konflik antarlembaga tersebut. Konflik inilah yang diharapkan mendapat perhatian serius SBY melalui keterlibatan aktifnya mencari solusi terbaik.

Terkait kisruh KPK - Polri. MK akan membeberkan isi rekaman rekayasa 'kriminalisasi' pimpinan KPK. Pembeberan salah satu senjata pamungkas KPK tersebut langsung ditanggapi Polri dengan rencana untuk menyita rekaman tersebut. Polri sendiri pun masih mempunyai senjata pamungkas pada diri Yulianto, orang yang disebut Ari Muladi sebagai pihak yang membantunya menyerahkan uang kepada pimpinan KPK. Sosok misterius itu hingga kini belum jelas keberadaannya. Apakah ia telah diamankan pihak Polri? Apakah ia benar-benar bertemu petinggi KPK dan menyerahkan uang kepada petinggi KPK? Inilah sebagian pertanyaan yang masih dinantikan penyingkapannya oleh semua pemehati kasus ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar