Selasa, 18 Agustus 2009

Makna Kemerdekaan dan Gebrakan Darmin Nasution

Peringatan HUT Kemerdekaan RI dan makna kemerdekaan menjadi sorotan headline media. Berpijak pada tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara yang termaktub dalam Pembukaan UUD '45, sejumlah media memberikan tekanan pada aspek kesejahteraan sosial, ekonomi, dan keamanan nasional. Rangkumannya, Indonesia belum merdeka dari kemiskinan, dari keamanan publik (terorisme), dan dari kualitas hidup yang memadai. Ketidakhadiran para mantan presiden dalam peringatan Detik-Detik Proklamasi di Istana Merdeka, kemarin, juga disinggung tiga media. Sorotan negatif sedikit diberikan kepada Megawati Soekarnoputri yang tidak hadir dalam upacara tersebut untuk kelima kalinya berturut-turut. Ketidakharmonisan relasi dua tokoh negara berimbas pada ekspresi nasionalisme dan jiwa kenegaraan.

Kehadiran Darmin Nasution di jajaran pimpinan Bank Indonesia menghadirkan gebrakan baru. Sinyal-sinyal positif untuk mengutamakan kepentingan ekonomi nasional dibanding kepentingan sektor perbankan semata yang sebelumnya dijanjikan, mulai menampakkan titik terang. Bank sentral yang sebelumnya tidak memiliki greget dalam menekan suku bunga kredit, melalui Darmin, telah menjanjikan akan menempuh mekanisme di luar standar normal untuk menekan bank-bank di Indonesia menyesuaikan suku bunga kredit masing-masing sesuai dengan BI Rate. Kebijakan lain yang akan ditinjau adalah batasan kepemilikan asing di sektor perbankan. Darmin menjanjikan akan meninjau ulang batasan aneh (99%) untuk kepemilikan asing yang diterapkan setelah krisis moneter 1998 lalu. Hal ini juga yang telah menyebabkan banyak kebijakan BI diterapkan setengah hati. Penguasaan pihak asing telah mengakibatkan kepentingan ekonomi nasional secara umum kurang menjadi prioritas sektoral kalangan perbankan nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar