Rabu, 14 Oktober 2009

Menanti Panggilan "Darurat" Cikeas

Dua nomor telepon yang sedang dinantinantikan para petinggi partai politik dan pemerintahan serta tokoh dari kalangan professional dan akademisi adalah nomor telepon dari dua anggota cabinet, yakni Mensesneg Hatta Rajasa dan Menseskab Sudi Silalahi. Kepentingan panggilan telepon itu tidak lepas dari wacana terhangat di Indonesia saat ini, yaktu pemilihan anggota Kabinet SBY dan Boediono. Hatta dan Sudi adalah dua tangan kanan presiden dalam melaksanakan pemerintah. Keduanya pun menjadi orang yang diajak SBY, selain Wapresnya Boediono, untuk menggodok para calon pembantunya. Kedua orang itulah yang akan dimintai sby meghunungi orang-orang yang terpilih.

Nasib baik:
Berbagai ikhtiar mulai dari pendekatan pribadi lobi-lobi dgn berbagai kreasi telah diupayakan oleh orang-orang yang bernafsu merebut posisi tersebut. Yang pasti ada beberapa hal yang bisa dianggap sebagai bekal.

Pertama, tentu saja dari sisi kapabilitas dan kapasitas. Kemampuan dalam bidang keahlian tertentu yang sudah diakui secara nasional menjadi bekal utama. Selain itu, pengalaman kerja, track record dan berbagai bentuk kapasitas pribadi yang mendukung seperti kemampuan manajerial, wawasan yang luas, etc, menjadi dasar pertimbang.

Kedua, jasa khusus. Jasa ini tentu saja pertama-tama bagi SBY. Selain itu, bisa pula itu berupa jasa bagi pihak-pihak yang dapat memberikan rekomendasi khusus kepada SBY, terutama ketiga tokoh di atas atau inner circle SBY. Tidak tertutup kemungkinan, orang akan menggunakan jalur tak resmi, misalnya, pendekatan terhadap Ibu Ani, istri SBY, atau bahkan ibu mertua presiden, sebagaiman diakui SBY telah dilakukan oleh orang tertentu.

Ketiga, afiliasi politik-kepartaian. Orang yang terpilih pastinya orang yang mendukung SBY dan partainya Demokrat, jika bukan orang dalam Demokrat sendiri. Mitra partai Demokrat yang menyokong kesuksesan SBY-Boediono dalam pilpres 2009 telah dijanjikan porsi di pemerintahan melalui konsensus formal maupun informal. Maka sejumlah orang dari kelompok ini dipastikan akan menduduki jabatan menteri. Jika, bukan dari kalangan internal partai maka si peminat mestinya merupakan simpatisan partai, punya kedekatan khusus, afiliasi, atau jaringan untuk menembus internal partai. So, ia dapat direkomendasikan.

Keempat, good fortune alias nasib baik. Jika salah satu dari unsur di atas telah dipenuhi, mereka yang berharap menduduki kursi menteri masih harus berharap pada nasib baik. Sama seperti terpilihnya Boediono sebagai deputinya yang mengejutkan banyak pihak, SBY diharapkan akan menghadirkan kejutaan lagi pada pilihannya kali ini. Mungkin karena kesadaran ini pula sejumlah calon yang oportunis sampai harus melakukan pendekatan supranatural. Minimal untuk membuat CV-nya memiliki daya tarik lebih saat dibaca oleh SBY dan tim penggodok. Dan...simsalabim...namanya terpilih. Birokrat senior di departemen atau lembaga tertentu serta para pakar dan praktisi pada bidang khusus layak mengedepankan nasib baik ini seandainya mereka memiliki nilai minus dari sisi jasa dan afiliasi politik.


Siapa yang akan terpilih? Harapan masyarakat awam tentunya orang-orang yang kapabel dalam bidangnya. Namun, yang namanya politik selalu sarat kepentingan, sarat give n take, intrik dan konspirasi, serta merangkum wilayah abu-abu yang bisa menghadirkan kejutan. So, silakan menanti hari pengumuman anggota kabinet SBY-Boediono pada Sabtu (17/10) nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar