Selasa, 14 Juli 2009

Pertarungan dan Rivalitas Menuju RI-1


(Riset Media atas Capres-Cawapres 2009)
Waktu Pemilihan Presiden (Pilpres) RI periode 2009-2014 semakin mendekat. Jangka waktu setahun yang tersisa bukanlah periode yang terlampau panjang. Para tokoh yang ingin maju dalam ajang ini pun mulai disibukkan dengan bermacam manuver. Tak urung titik temu antara berbagai kepentingan tersebut menyembul dalam aroma rivalitas di tahun 2008 yang semakin terbaca dari pemberitaan media cetak.

Hasil pemetaan terhadap berita-berita yang dilansir 16 media cetak berskala nasional (harian khusus ekonomi dan harian umum) menunjukkan bahwa bursa calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) yang paling mendapat sorotan media juga telah mengerucut pada delapan tokoh nasional. Mereka adalah pasangan incumbent, SBY dan JK, Megawati Soekarnoputri, Abdurrahman Wahid, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Wiranto, Sutiyoso, dan Akbar Tandjung. Meskipun baru dua di antaranya yang secara resmi mendeklarasikan diri sebagai calon presiden (Sutiyoso & Abdurrahman Wahid), kedelapan tokoh ini telah semakin terbuka menunjukkan geliat upaya untuk masuk dalam ajang perebutan kursi RI-1 dan RI-2.

Eskalasi politik yang memanas menjelang 2009 semakin jelas terbaca dengan meningkatnya kategori isu politik secara signifikan dalam perkembangan dari Bulan Januari hingga pekan ketiga April 2009 (lihat chart 1). Dari 10 kategori isu, yakni Pemerintahan, Politik, Lembaga Negara, Kum-Ham & Demokrasi, Ekonomi, Tambang & Energi, Kesra, Hubungan Luar Negeri, Lingkungan, dan Umum (Lain-lain), isu politik muncul sebagai medan pertarungan utama para kandidat.

Wacana Kepemimpinan Nasional menjadi tema sentral dengan hadirnya berbagai pemberitaan dan ulasan mengenai Pilpres 2009, Capres-cawapres. Aktivitas ke-8 tokoh di atas, konsolidasi dan kegiatan berbagai partai politik hingga ke persaingan antarpartai poltik dan konflik internal partai.

Meski isu-isu politik sudah menjadi isu terbesar di bulan April (3 pekan pertama), secara umum isu pemerintahan masih memiliki volume pemberitaan terbesar. Namun besarnya volume pemberitaan mengenai pemerintahan tak terlepas dari gejolak yang terjadi di kancah perpolitikan nasional. Hal ini terbukti dengan munculnya sejumlah tema dominan dalam empat bulan terakhir. Tema dominan dari isu pemerintahan yang kental mengandung kepentingan politik adalah pergantian Gubernur Bank Indonesia. Liputan ini telah menjadi salah satu menu utama media cetak nasional dalam empat bulan terakhir. Isu kedua di bidang pemerintahan yang mengandung bias politik adalah soal retaknya koalisi pemerintahan, termasuk isu mengenai sejumlah menteri yang lebih mengutamakan kepentingan partai

Memanasnya suhu perpolitikan nasional juga tampak dari membiasnya persaingan wacana ke arah isu-isu lainnya. Bahkan ke-8 tokoh di atas juga turut menjadi penggalang opini (Opinion Leader/OL) dalam isu-isu tersebut. Penyelesaian kasus BLBI dengan berbagai aspek latar dan imbasnya telah menjadi tema terpenting dalam masalah Kum, HAM & Demokrasi selama empat bulan terakhir. Dalam isu pemerintahan, ‘perang terbuka’ antara kubu Megawati dan SBY-JK terkait isu “tari Poco-poco vs dansa-dansi” menjadi salah satu sajian utama pemberitaan di bulan Februari. Media pun menjadi medan perang opini dalam isu kemiskinan (kesra) antara SBY (pemerintah) versus kubu Wiranto. Lebih dari itu, masalah ekonomi dan energi yang sedang mengancam negara ini telah berkembang menjadi wacana politik bagi ke-8. kandidat capres-cawapres 2009. Semua tokoh tersebut telah muncul sebagai OL dalam isu-isu terkait.

Dari konfigurasi isu yang secara eksplisit terpapar dalam pemberitaan, tampak bahwa pasangan incumbent menjadi sasaran tembak para kandidat lain. Kelemahan dalam kinerja dan program serta kebijakan pemerintahan selalu menjadi sasaran empuk untuk menciderai citra SBY-JK. Konsolidasi kubu atau partai politik dalam mengalang dukungan opini bagi calon yang diusung pun memiliki peran sentral. Kurang solidnya dukungan opini, apalagi kekisruhan yang terjadi di kalangan internal pendukung/partai politik bisa menjadi bumerang yang meruntuhkan citra calon yang bersangkutan. Ini terlihat dari kecenderungan negatif yang dimiliki Gus Dur dalam isu politik pasca konflik yang terjadi di PKB. Ini tidak terjadi pada JK walaupun pada pekan terakhir terlibat masalah internal Partai Golkar. Wiranto & Sutiyoso serta pendukung masing-masing juga terlihat belum mampu mengeliminasi isu HAM yang membayangi keduanya. Sementara Megawati dan PDIP terlihat kurang mampu mengantisipasi berbagai rapor merah terkait kinerja pemerintahan di era Megawati seperti Kasus BLBI dan kebijakan di sektor ekonomi. Sebaliknya, meskipun mendapat kritikan dari berbagai pihak sentiment rata-rata SBY tetap netral karena memeroleh dukungan kubu/partai politik yang lebih solid (bdk. Chart 2).

Peran media massa sebagai pembentuk opini publik dan medan pertarungan wacana menuju Pilpres 2009 kiranya perlu disadari oleh para kandidat dan kubu pendukung masing-masing atau partai politik yang ingin bertarung dalam ajang tersebut. Kelengahan dalam mengantisipasi isu yang berkembang di media bisa menjadi bola panas yang menurunkan reputasi dan citra di mata khalayak pemilih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar